Monday, 24 April 2017

Bukan Cinta Menye-Menye

Selamat sore teruntuk Sekar. Nama panjangnya, sekar-ang aku tersadar cinta yang kutunggu tak kunjung datang, apalah arti aku menunggu bila kamu tak cewek lagi... Biar potongan lagu tadi menjadi pengiring permintaan maaf gue karena lama tidak buat tulisan disini. Maklum, gue kemarin-kemarin sibuk persami sama nyiapin soal buat ebtanas.

Bukan tentang gombalan atau tentang fiksi. Pun bukan tentang senja yang menjingga hingga malam menggantikan. Sampai sekarang lo harus sepakat sama gue bahwa cara kerja cinta itu sangat misterius. Bagaimana seseorang bisa tiba-tiba jatuh cinta, bagaimana misteriusnya ketika kita terjatuh pada orang yang tidak kita duga-duga. Kita kacau sekacau-kacaunya dan perlu beberapa saat untuk menerima bahwa kita dalam keadaan jatuh cinta.
 
Luka yang mengering, beriringan dengan datangnya cinta yang baru. Dimana tiap harinya kita jatuh semakin dalam. Dimana pada akhirnya kita sadari bahwa manusia dan harapan tercipta pada hari yang sama. Iya, di postingan lainnya gue pernah bilang bahwa jatuh hati mensyaratkan kesiapan untuk patah hati. Juga gue pernah bilang bahwa cinta itu gak matematis, bukan 4x4=16 sempat tidak sempat harus dibalas. Akan tetapi sempat tidak sempat harus tersampaikan.
 
Semakin tinggi rasanya, semakin kita tenggelam di dalamnya. Bukan rasa yang diinisiasi oleh ketakutan akan kesendirian. Bukan rasa yang hadir karena ingin segera punya status. Bukan rasa yang muncul karena ingin segera punya pacar. Lelah disiksa pertanyaan kapan punya pacar, tidak akan memunculkan cinta. Jadi, tenanglah kawan.. cinta ga akan muncul karena hal-hal tadi. Jikalau muncul, bukanlah cinta. Mungkin, sekedar obsesi.
 
Mengatasi lelah, mengatasi sedih, mengatasi ketidakyakinan. Se-misterius itu cara kerjanya. Demi instagram Pevita, saat gue bikin postingan ini, gue sedang dalam saat-saat terdamai dalam hidup gue. Sadar berharap pada manusia secara liar akan menghasilkan sesuatu yang udah gue rasakan. Pada titik ini, gue tau pada siapa harus berharap.
 
Saat lo merasakan hal ini, lo ga akan peduli seberapa panjang masa lalu dia. Mau jadi titik henti yang ke-berapa-pun tentu buka prioritas lagi. Karena yang kita selalu perlu adalah jadi yang terakhir, bukan jadi yang pertama. Masa lalu gue masalah pacar-pacaran pun gak minim-minim amat kok. Gue tercipta dari kenangan yang mengulur panjang ke belakang lalu lahir untuk jalan ke depan. Lihat pasangan disamping lo sekarang. Jika dia tidak bisa menerima masa lalu lo, jangan jadiin dia masa depan lo. Pun sebaliknya, kalo lo ga bisa terima masa lalu dia. Berhenti, jangan jadiin dia masa depan lo. Terima masa lalu pun gak bisa, apalagi siap-siap buat bikin masa depan sama dia?
 
Cinta kadang dekat sama lo, tapi lo yang gak sadar. Lo yang terlalu pesimis sehingga gak bisa rasain hal-hal disekitar lo. Padahal, cara kerja semesta adalah sesuai dengan apa yang lo pikirkan. Selama lo pesimis, semesta pun gak akan kasih apa-apa buat lo.
 
Percaya sama mantan adek-adekannya Pevita, lo, selama perjalanan lo akan sampai pada titik dimana lo ngerasa udah seharusnya berhenti. Lo sampe di titik dimana lo udah tau kemana, ke siapa lo harus pulang. Titik dimana lo udah ditemukan dengan seseorang yang lo mau menua bareng dia. Kalopun lo putus sama pasangan lo sekarang, maka jangan lelah lanjut berjalan karena kita tidak berhenti karena lelah, tapi berhenti saat semua sudah selesai.
 
Seperti postingan kali ini yang hampir selesai. Tapi, sebagai penutup, gue mau bilang kalo ada dua hal yang tidak ada duanya. Pertama, ngantuk. Kedua, kamu.
 


No comments:

Post a Comment