Kalian mungkin tau apa yang terjadi, maksudku bagaimana rasanya ketika orang yang kita suka datang ke hadapan kita, meskipun bukan untuk kita. Dia seakan ditarik ke tempat kita berada. Entah apa yang menariknya. Yang pasti kita terdiam. Sesaat kemudian kita sadar, sadar jika dia datang bukan untuk kita. Mata kita tertuju ke arahnya, tetapi pandangannya tertuju ke arah lain. Ya memang dia datang bukan buat kita.
Demikian diriku, aku, nyaliku, dia lemahkan aku, dia habiskan nyaliku, dia menyapaku, aku tergugu. Tak bergeming. Aku pecundang. Aku tak akan pernah membiarkan ia tau isi hati ini, ya memang biar aku saja yang tau. Toh reaksinya ketika mendengar, maksudku jika seandainya ia mendengar ungkapan hatiku kepadanya, reaksinya sudah terbayang di pikiranku. Reaksi yang pastinya akan membuatku kecewa.
A: Cinta itu buat diungkapkan, masalah respon urusan belakangan. Yang jelas dia tau perasaanmu.
B: Sayangnya aku tidak punya nyali menyampaikannya langsung, membalas sapaannya saja mulut ini terasa kaku.
A: Pecundang kamu.
B: Biar, malu rasanya jika dia tau bahwa orang sepertiku mencintainya.
Takdir, iya, takdir. Entah takdirku menjadi pengagum, sekedar pengagum. Pecundang maksudku. Atau takdirnya dicintai pecundang sepertiku. Olok-olok saja diriku, ya memang kalian terkesan memandang remeh luka ini. Maaf bukan luka, tapi perasaan ini.
Pernah kami saling bertatapan di kantin, aku diam. Selanjutnya aku teriak "aku cinta kamu". Sayangnya dia tidak mendengarnya, aku berteriak dalam hati. Lantas dia pun berlalu dan ke arah meja kantin yang berisi teman-temannya. Aku lagi-lagi tertunduk lesu. Aku berlalu. Aku berpura-pura tidak suka. Aku bersikap dingin.
Dia, senyumnya, tingkah lakunya, segala sesuatu tentangnya. Aku menyukainya. Dia belum terikat dengan siapapun. Ya, kami memang sama-sama sendiri.
A: nyatakan perasaanmu ke dia, atau orang lain akan mendahuluimu.
B: aku tak bernyali. Biarkan jika ada orang lain yang lebih bisa membuatnya bahagia. Aku yakin dia tak akan bahagia dengan aku. Aku dan nyali kecilku, maksudku.
A: ayolah, beranikan diri untuk sekedar mengatakan, aku yakin cinta tak akan seburuk reaksinya, maksudku reaksinya yang kamu ciptakan sendiri dalam pikiranmu.
B: aku mengaguminya, aku mencintainya, tanpa balasan darinya.
A: kamu tau perasannya?
B: Tidak. Aku membayangkannya. Reaksinya.
A: cinta bukan bayangan, bukan untuk dibayangkan. Cinta itu pesan, untuk disampaikan.
B: maaf, aku takut.
A: jangan minta maaf padaku, mintalah maaf pada dirimu sendiri. Cintamu egois. Kamu gak pernah ngebiarin dia tau perasaanmu ke dia.
Aku egois? Mungkin. Kalian juga mungkin akan menganggapku egois. Atau kalian menyebutku pecundang dan egois? Aku cinta dia yang jelas. Dia tidak akan pernah tau perasaan ini. Sampai kapanpun. Bukan karena egois, tapi karena aku.
Aku dan ke-tidak-ber-nyali-an-ku.
Aku dan ke-tidak-ber-nyali-an-ku.
Kayanya ini gw bngt -,-
ReplyDelete