Tuesday, 17 December 2013

Satu? Nggak ada.

Waktu gue ospek, kakak-kakak senior nanya "berapa jumlah kalian?" lalu gue dan mahasiswa baru lainnya ngejawab serempak dengan jawaban satu. Satu, jawaban kami. Kami satu, jawaban yang memang serasa memberikan gambaran bahwa kami memang satu. Satu katanya. Satu? Kami nggak saling kenal, ya mungin gue kenal sama beberapa orang, tapi nggak semuanya. Satu? Kami nggak tau cerita masing-masing, cerita dia, cerita dia, cerita dia, juga cerita dia, dia, dia yang lainnya.

"Aku cinta kamu, cinta kita yang bikin kita bersatu". Oke gue pernah baca tweet ini di salah satu akun yang isinya tentang cinta-cintaan. Bersatu yang bagaimana ya? Ya emang gue punya pacar, tapi gue ngga satu, dan nggak akan pernah ada satu yang mutlak sampai kapanpun. Gue sama pacar gue pastinya akan ada tahap atau akan ada dimana waktunya gue dan pacar gue nggak sepaham, nggak satu pemikiran, dan nggak satu yang lain-lainnya. Bukan berarti nggak cinta, tapi apa iya cinta itu bikin satu? Maksud gue, satu yang mutlak, satu yang bener-bener bulat, bulat nggak ada patahannya sama sekali. Bulat yang terus-terusan nyambung nggak putus-putus. Satu, bikin buta. Nggak mungkin lo pacaran tapi mata lo bener-bener nggak bisa ngelihat cewek/cowok lain. Misal lo cowok, pacaran, lalu ada cewek yang cantik, ya yang jelas nggak mungkin lo nggak bilang kalo cewek tersebut cantik. Minimal lo bakal bilang dalam hati sih. Begitu juga sebaliknya buat cewek yang udah punya pacar. Nggak mungkin lo liat cowok ganteng terus lo bilang itu cowok nggak ganteng. Minimal lo bakal bilang dalam hati sih. Ya emang perasaan cuma satu, ya satu aja udah. Kadang kita harus menepikan perasaan dan lalu kita mengutamakan logika. Maksudnya gini, berkaca dari analogi gua tadi, nggak mungkin lo kalo liat sesuatu yang "wah" lantas lo seakan nggak lihat sesuatu tersebut, atau seakan-akan sesuatu tersebut nggak ada. Cuma demi jaga perasaan pasangan lo. Perasaan jangan disatuin sama logika. Kalo ada yang ganteng atau cantik ya bilang aja dia ganteng atau cantik. Nggak usah takut pasangan lo sedih.  Lagipula buat gue bilang cantik buat cewek lain nggak masalah. Nggak ada sangkut-pautnya sama hubungan gue. Cewek gue cantik, lantas kalo ada cewek cantik juga apa gue nggak, maksud gue, apa gue seakan nggak lihat cewek lain terebut? Jelas ini nggak ada hubungannya sama alasan mutusin cwek demi cewek lain. Nggak ada.

Tim sepakbola, kerjasama tim demi tujuan kemenangan, atau demi gol. Pemain sebuah kesebelasan sepakbola, mereka bersatu, seakan bersatu agar tim yang mereka bela bisa meraih kemenangan. Ada yang tau? Siapa tau ada maksud pribadi atau tujuan pribadi dari para pemain-pemain. Ada yang punya tujuan jika timnya menang maka ia akan dapat bonus, ada yang punya maksud jika timnya menang maka dia bakal jadi pemain terbaik, ada yang punya tujuan ketika timnya menang maka dia bakal dilirik oleh tim lain yang lebih besar. Ada yang, ada yang, dan ada yang lainnya. lalu, Satu yang bagaimana?

"Kita ini keluarga, kita harus satu". Satu lagi, lagi-lagi satu. Oke ada sebuah kelompok yang mengatasnamakan keluarga, asas-asas keluarga, sifat-sifat keluarga. Saling melindungi satu sama lain. Saling menyayangi satu sama lain. Saling memberikan kenyamanan untuk para membernya. Tapi apakah satu? Mungkin bisa bersatu untuk satu tujuan, apa bisa dipastikan satu tersebut berasal dari masing-masing membernya? Satu tersebut berasal dari masing-masing member keluarga tersebut? Keluarga gue aja di rumah kadang nggak satu pemikiran.

Pelangi, habis hujan suka ada pelangi kan? Pelangi ada berapa warna sih? Banyak kan? Satu? Nggak mungkin satu, kalo aja pelangi cuma ada satu warna doang, merah doang misalnya, atau hijau doang, mana indah? Mana asik dilihat? Justru pelangi itu indah dilihat karena pelangi nggak kenal yang namanya satu, ada banyak warna dalam pelangi. Coba kalo pelangi cuma satu warna, lirik lagu anak-anak harus berubah dong? "merah, merah, merah, di langit yang biru". Apa enak dinyanyiin? Enggak sih.

 Satu? Nggak ada.

No comments:

Post a Comment