"Aku tau kok, kamu bisa denger suaraku" Ucap Tom pada perempuan disampingnya, perempuan berambut poni dan berkuncir ekor kuda. Dia terlihat cantik. Namanya Amanda. "Aku bakal lanjutin cerita aku, jadi mohon tetaplah disini Amanda, aku sayang kamu."
"Kenapa sih dunia nggak pernah adil?" "Kamu bisa jawab pertanyaanku kan?" Tom terlihat kesetanan, kesabarannya mulai habis. Ia menggoyangkan tubuh Amanda, Amanda tetap tidak bergeming. Ia justru terdiam.
"Oke aku lanjutin deh ceritaku, itu juga kalau kamu mau ngedengerin sih." "Tapi, baik kamu ngedengerin ataupun nggak, aku bakalan tetap cerita kok"
"Kenapa Amanda? Kenapa?"
"Kenapa sih kamu lebih milih Mich?"
Plakkk!! Tom menampar wajah Amanda, darah keluar dari hidung Amanda sampai menetes ke telapak tangan Tom.
"Ini, aku punya ini, ini buatmu. Aku pakein ke jarimu ya, sayang."
Tom mengeluarkan sebuah kotak, kotak tersebut berisi cincin dengan batu permata kecil di tengahnya. Setelah Tom mengeluarkan cincin tersebut, ia memakaikannya ke jari manis Amanda. Cincin tersebut sangat pas di jari manis Amanda. Jari-jemari amanda makin terlihat manis dengan kilauan permata yang dihasilkan cincin tersebut.
"Benar-benar manis, kamu suka kan? Cincin itu udah aku beli sejak lama, aku bermaksud ngelamar kamu. Sebelum hati aku benar-benar hancur. Aku begitu hancur melihat ada Mich disampingmu, aku hancur mengetahui bahwa kalian sudah bertunangan. Aku hancur, sangat hancur."
"Kata orang sih, cinta gak harus saling memiliki, tapi apalah arti cinta tanpa memiliki? Iya gak sih, Amanda?"
"Maaf soal Mich, malam lalu, aku yang membunuhnya. Dia masih ada di rumahku kok, kamu nyari Mich kan? Semua orang mencarinya kan?"
"Maaf juga soal ini, aku tidak bermaksud" Tom mencabut pisau yang menancap di dada Amanda. Setelah mencabut pisau tersebut, darah membuncah dari lubang bekas pisau tersebut menancap.
"Akulah orang yang selama ini mencintaimu, menyayangimu dari sisi gelapmu, dari sisi yang gak bisa kamu lihat, dari titik butamu"
"Aku juga orang yang selalu memendam kecewa, memendam kehancuran sendirian, saat melihatmu bersama Mich."
Malam itu, malam yang berbeda dari malam yang biasanya. Tom kehilangan akal sehatnya, ia membunuh Amanda, gadis cantik yang selama ini jadi mimpi indahnya. Ia ingin Amanda lebih dari sekedar mimpi indah baginya. Ia ingin Amanda menjadi miliknya seutuhnya.
Ia memulai rencananya dengan membunuh Mich, tunangan Amanda. Sebenarnya, Amanda, Mich, dan Tom adalah teman lama, mereka berteman baik sejak SMP. Mereka sering menghabiskan waktu untuk hangout bareng. Tanpa terasa benih-benih cinta tumbuh di antara mereka. Dua laki-laki yaitu Tom dan Mich sama-sama menyukai perempuan yang sama yaitu Amanda.
Tom-lah yang pertama mengungkapkan isi hatinya kepada Amanda, tapi, ternyata jawaban Amanda diluar dugaan dan harapan Tom. "Aku udah nyaman jadi sahabatmu, ayolah kita kan udah lama bersahabat, jangan dihancurin dong". Tom kembali teringat jawaban yang keluar dari bibir manis Amanda.
Tanpa disangka, sebenarnya Amanda menyukai Mich, dan Mich pun memiliki perasaan yang sama. Seminggu setelah Amanda menolak cinta Tom, Mich datang untuk menyatakan perasaannya. Sebenarnya hal ini sudah dinanti-nanti oleh Amanda. Ia pun menerima cinta dari Mich. Beruntung bagi Mich, perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan. Mereka memutuskan untuk langsung bertunangan karena merasa sudah kenal sangat lama.
Mereka mencoba menyembunyikan hal ini dari Tom, setidaknya untuk sementara. Amanda pun menceritakan bahwa sebelumnya, Tom sudah menyatakan perasaan padanya, tapi ia menolaknya. Oleh sebab itu Mich dan Amanda memutuskan untuk merahasiakan sementara hubungan mereka dari Tom.
Tanpa disangka, hal ini diketahui oleh Tom. Betapa meradangnya perasaan Tom mengetahui hal tersebut. Baginya, kenapa harus Mich? Mungkin jika laki-laki lain, ia bisa menerimanya. Yang makin membuat perasaan Tom hancur adalah kenapa harus Mich yang menjadi kekasih Amanda.
Matanya gelap, setan mulai menari-nari di pikirannya. Akal sehatnya perlahan digerogoti sakit hatinya. Setiap orang mungkin pernah mengalami situasi seperti ini, situasi dimana logika dikalahkan dengan perasaan. Rasa sakit hati Tom yang sudah terlalu dalam mendorongnya untuk menghilangkan akal sehatnya sendiri.
Semua terasa enteng saat ia menembak Mich dengan pistol miliknya, kejadian ini berawal saat ia berpura-pura menelpon Mich dan membujuknya untuk datang ke rumahnya seorang diri.
"Mich, bisa kan mampir ke rumahku malam ini? Aku mau ngenalin seseorang nih" Ucap Tom melalui telpon genggamnya.
Suara di seberang sana menjawab "Pacar baru nih Tom? Okedehhh aku kesana, kebetulan aku baru keluar kantor nih"
Sampai di rumah Tom, Mich bertanya-tanya, sebab di rumah Tom hanya ada Tom, dan tidak ada orang lain. Tidak ada orang lain selain mereka berdua.
"Selamat ya, Mich"
Tiba-tiba Tom mengeluarkan pistol dari saku celananya, ia menodongkan senjata api tersebut ke arah Mich.
"Tom! Jangan gila, apa-apaansih?" Mich mencoba melangkah mundur menjauhi Tom yang sedang dikuasai oleh setan.
"Selamat ya, kok kamu tunangan sama Amanda nggak bilang-bilang sih? Katanya kita bertiga ini sahabat?" Tom mendekat ke arah Mich.
Dorrr!!! Mich tertembak tepat di kepalanya, darah mengucur deras. Nyawa Mich tidak tertolong lagi. Disaat yang bersamaan, senyum kepuasan terpancar dari Tom yang masih memegang senjata api. Ia lalu bergegas membawa mayat sahabatnya itu ke kamarnya. Ia menaruhnya di kolong tempat tidurnya.
Keesokan malamnya, Tom menjadi sangat enteng setelah menancapkan pisau tepat di dada Amanda. Ia merasakan tubuhnya menjadi sangat ringan. Sangat ringan. Tubuhnya seakan melayang-layang sesaat setelah ia membunuh Amanda.
"Tom, maaf" Suara Amanda mengagetkan Tom.
Tom mencari sumber suara Amanda tersebut, rupanya suara tersebut berasal dari belakang tubuhnya. Ia lalu membalikkan badannya ke arah suara Amanda tersebut. Ia melihat Amanda dengan senyum di bibir manisnya.
"Tom, maaf" Suara Mich mengagetkan Tom yang sedang menikmati senyum manis di bibir arwah Amanda.
Mich ada di belakang Amanda, mereka menuju ke arah Tom. Tom lalu berdiri dan menghampiri mereka dengan tersenyum.
"Rasa sakitku sudah hilang, selamat datang Mich, selamat datanh Amanda" Ucap Tom. "Ayo aku mau nunjukkin sesuatu ke kalian" imbuhnya.
Tom berjalan, berjalan sangat cepat. Amanda dan Mich mengikutinya. Ternyata mereka menuju rumah Tom. Sesampainya di depan pintu rumah Tom, Tom menghentikan langkahnya.
"Aku udah lama nunggu kalian" kata Tom, senyum tipis terukir di wajahnya. "Ayo kita masuk, aku mau nunjukkin sesuatu."
Mereka mengikuti ajakan Tom, mereka menuju sebuah kamar. Kamar Tom. Sebuah kamar tidur lengkap dengan kamar mandi di dalamnya.
"Itu kamu kan? Mich" Tom menunjukk mayat Mich yang berada di kolong tempat tidurnya, sambil tersenyum.
"Iya" Mich pun tersenyum.
"Dasar jahat" ucap Amanda.
"Oh iya, kalian harus lihat ini" Tom bergegas menuju kamar mandi di kamarnya diikuti Mich dan Amanda.
Setelah Tom membuka pintu kamar mandi, terlihat ada mayat bersimbah darah yang sudah hampir membusuk di kamar mandi tersebut.
"Aku menembak diriku sendiri setelah tau kalian bertunangan Mich, Amanda." Ujar Tom sambil tersenyum.
Senyum yang sama pun terukir di wajah Mich dan juga Amanda.
No comments:
Post a Comment