Sunday, 21 September 2014

Etape 2: Solo-Surabaya; Kompor Surabaya Panas, Bung!

"Gue nunggu ijasah men, coba udah turun pasti langsung jalan, duit ada padahal" keluh Kirom anak D3 Perpajakan UNS yang sedang menunggu ijasahnya turun. Saya pun mencoba mengompori ala-kadarnya. "Kapan lagi eh man jalan-jalan jauh, bareng-bareng.. Itung-itung mumpung belum kerja". Makin terlihat keraguan dari wajah Kirom. Seperti biasa, perbincangan dimulai di burjo sambil menyantap magelangan dan dua gelas es teh. Subuh-subuh minum es teh itu dingin, sob. Setelah itu, saya bersantai dan membersihkan muka alakadarnya di kosan Kirom.

Mas Andry dan Mas Abi baru berangkat ke timur hari Minggu 17 Agustus 2014. Kirom hanya ikut sampai ke Surabaya. "Yauds gue cabut Surabaya aja, nanti nginep sekalian nunggu Mas Abi sama Mas Andry" ujar Kirom. Alhasil setelah azan subuh kami bergegas menunggu ATB untuk ke Surabaya. Kirom yang tidak membawa baju ganti menitipkan alat mandi ala-kadarnya ke tas saya.

Akhirnya Mira berbody Inspiro berhenti dihadapan kami, langsung kami bergegas untuk menaiki bis tersebut. Suasana bis lumayan sepi pagi itu. Sepanjang perjalanan kami disuguhi oleh anak-anak SD-SMP-SMA Jawa Timuran yang sedang bersiap-siap upacara bendera di hari Minggu. Upacara 17-an. Pasti ada ultimatum dari bapak dan ibu guru bahwa yang tidak upacara akan dicatat namanya dan keesokan harinya akan dihukum.

Kabin Mira ATB.















Makin siang jalanan Jawa Timur makin macet. Jalanan sempit+macet adalah kombinasi yang tepat untuk membuat waktu tempuh menjadi melar. Kursi tegak membuat leher jadi sakit. Mata tidak bisa diajak kompromi, maka tertidur adalah jawabannya.

Tepat azan zuhur, bis memasuki terminal Bungurasih Surabaya. Wow, jarang-jarang kan 17 Agustus di Kota Pahlawan bagi orang Bekasi? Saya dan Kirom melipir dengan maksud mencari peron untuk koleksi. Akan tetapi, ternyata terminal Bungurasih tidak memakai peron. Aduh! Kemana aja? Udah cukup sering ke Bungur baru tau kalo gak ada peron dimari.

Surabaya siang itu panas banget. Saking panasnya, saya hampir ingin melaporkan matahari Surabaya siang itu ke polisi atas dakwaan tindakan tidak menyenangkan. Perut mulai memberikan alarm tanda minta diisi, saya dan Kirom memutuskan mencari penjual nasi bungkus khas Bungurasih yang terkenal murah. Akhirnya dengan uang 5000 rupiah, sebungkus nasi porsi sedang dan ayam seukuran modem bolt kebelah dua serta tahu bisa saya dapatkan.

Isi perut sudah terlaksana, nelpon Kurnia (@Kurniaadhi77). Si jancok malah baru bangun tidur dan mengatakan "aku tak mandi sek yo, Sen" akhirnya kami menunggu Kurnia dengan disuguhi pemandangan surga bis ala Bungurasih dan bertemankan debu terminal.

Nunggu Kurnia mandi lama banget, kaya nunggu perawan mandi. Satu jam lebih menunggu akhirnya Kurnia datang dengan motornya. "Sorry suwi Sen, mau aku nyukur bewok sek" ucap Kurnia sembari menyerahkan 3 tiket Wisata Komodo yang sudah ia dp. 
Tiket Wisata Komodo.
















Lagi-lagi ide iseng untuk mengompori Kirom muncul.

"Kur, kon numpak opo?" Tanya saya ke Kurnia.
"Lho, mboh iki, aku go show Sen" Jawabnya.
"Tuh kan Rom, Kurnia belum pesen tiket. Bawa duit kan lo? Gas ayokkk" 
"Ijasah man ijasah.."

Merasa gagal, akhirnya kompor berhenti menyala.

Kami bergegas ke jalur keberangkatan ada HR 103 sedang sandar sesaat sebelum berangkat ke Jakarta. Ngobrol ngalor-ngidul akhirnya HR 103 berangkat meninggalkan Bungurasih. Bli Kadek pun akhirnya datang, ini kali pertama saya jumpa Bli Kadek Ardy setelah sebelumnya ngobrol hanya via bbm. Setelah berbincang-bincang kecil, kami kembali ke perpalan. Disana ada seseorang sedikit mirip Koh Leon bernama Rio. Mendengar ada yang ingin touring Denpasaran, Rio pun tergoda untuk ikut. 3 Tiket Wisata Komodo sudah menjadi milik saya, Mas Andry, dan Mas Abi. Sementara Kurnia belum memesan tiket, dan ternyata Bli Kadek dan istrinya sudah memesan tiket Restu Mulya.

Datang lagi dua anak Surabaya yaitu Alvin dan Dimas. Kenalan sudah, berlanjut sesi kompor. Kurnia mengompori Dimas. Dimas pun tersengat kompor dan setelah sempat ragu untuk memutuskan untuk ikut ataukah tidak akhirnya ia memutuskan ikut.

Update yang ikut touring:
- Saya
- Mas Abi
- Mas Andry
- Bli Kadek dan Istri
- Kurnia
- Rio
- Dimas

Sepertinya Kirom semakin tersengat kompor khas Surabaya, setelah bertanya sana-sini akhirnya dia memutuskan ikut ke Denpasar. Nggak bawa baju ganti, nggak bawa tas, cuma bawa sikat gigi. Kirom.

Sore tiba, saatnya Bungurasih diisi bis Denpasaran, makan sore kali ini kembali makan nasi bungkus. Iseng nanya Mas Abi dan Mas Andry yang sama-sama naik Agra Mas ke Solo meskipun beda armada, akan tetapi sama-sama masih di daerah Indramayu.

Yang belum dapet tiket segera bergegas menuju ticketing bis Denpasaran untuk memesan tiket keberangkatan esok hari. Kurnia, Kirom, Dimas, dan Rio. Tidak lama kemudian mereka kembali dan Rio terlihat sudah memegang tiket bis Setiawan sementara yang lain belum, akan tetapi ternyata Kurnia, Dimas maupun Kirom memutuskan untuk naik Restu Mulya. Jadinya benar-benar akan ada liga Denpasar. Wisata Komodo: Saya, Mas Abi, dan Mas Andri. Restu Mulya: Bli Kadek+Istri, Kurnia, Kirom, Dimas. Setiawan: Rio.

Bungurasih sudah melewati senja, mata saya makin sayu karena lelah. Akhirnya saya, Kurnia dan Kirom beristirahat di rumah Bli Kadek di daerah Bratang. Dari Bungur kami naik bis kota ke Bratang.

Sampai di rumah Bli Kadek kami mandi bergantian lalu mencari makan malam dan sejenak ke Circle-K. Karena mata yang sudah tidak bisa diajak kompromi akhirnya kami kembali ke rumah Bli Kadek untuk beristirahat. Sementara Kurnia dan Bli Kadek menonton "Jackass".

No comments:

Post a Comment