Tuesday, 14 October 2014

Tentang Sebuah Pilihan.

Sore tadi dengan rambut belah pinggir nan klimis ala-ala Dekisugi, gue tertatih macam lagunya kerispatih, balik ke kosan dari kuliah. Nggak tau kenapa gue ngerasa kuliah hari ini bikin badan lemes banget. Di perjalanan balik ke kosan, gue kepikiran tentang apa yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Yaitu pilihan. 
 
Dalam hidup, kita memang akan bersentuhan dengan sebuah pilihan. Dalam hidup, kita akan merasakan bagaimana memilih dan bagaimana rasanya dipilih. Hidup manusia memang selalu berurusan tentang sebuah pilihan dan ini udah by default. Orang bilang, hidup itu pilihan meskipun kita nggak pernah memilih untuk hidup. Ini agak bikin bingung sebenernya.

Hidup memang tentang sebuah pilihan. Coba kita sedikit aja tengok ke belakang, pilihan apa aja yang udah kita buat? Seenggaknya hari ini. Pastilah kita sudah membuat sebuah pilihan. Misal lo milih buat nembak gebetan hari ini dan akhirnya ditolak. Seenggaknya, lo udah memilih untuk menyatakan cinta lo ke dia meskipun pada akhirnya bertepuk sebelah tangan. Gue juga sebelum bikin tulisan ini udah membuat sebuah pilihan, yaitu mantengin instagram Pevita.

Kecil atau besar sebuah pilihan tetaplah sebuah pilihan. Banyak dari kita yang kadang nggak ngerti apa yang orang lain pilih. Kadang terbesit dipikiran kita bahwa pilihan orang tersebut sama sekali nggak masuk akal. Inilah kesalahan kita, kita nggak akan bisa menghakimi sebuah pilihan orang lain. Pilihan orang lain tentu saja bisa kita anggap nggak rasional. Tapi, gak akan pernah bisa menghakimi pilihan orang lain tersebut.

Contoh kecil ketika ada seseorang ditawarkan pada dua pilihan yaitu hadiah sebuah mobil atau sebuah motor. Secara umum pasti ketika kita ada di posisi orang tersebut, pastilah kita memilih hadiah mobil. Akan tetapi, ternyata orang tersebut memilih hadiah motor. Oke, kita sah-sah aja menilai pilihan orang tersebut tidak masuk akal, tapi, hal ini tidak bisa terus menerus kita lakukan. Ternyata, alasan orang tersebut memilih hadiah motor adalah karena orang tersebut tidak bisa mengendarai mobil. Barulah kita bisa memahami kenapa orang tersebut lebih memilih hadiah motor ketimbang hadiah mobil.

Tapi....

Bisa aja kan orang tersebut lebih memilih hadiah mobil dan lalu menjualnya untuk dibelikan motor, yang nantinya ia akan memiliki motor lebih dari satu.

Itu orang siapa sih? Bikin gue kesel aja.

Pilihan selalu dibarengi dengan sebuah pertanyaan yaitu "kenapa?". Pilihan yang orang lain ambil bukanlah menjadi wilayah yang bisa kita berikan penghakiman. Mungkin bisa aja kita nilai tidak rasional sebuah pilihan yang orang lain ambil. Akan tetapi kita tidak bisa menghakimi pilihan yang orang tersebut ambil. Kita hanya perlu terima sebuah pilihan yang orang ambil. Kita nggak perlu memahaminya dan bahkan menghakiminya. Bukan menjadi hak kita menjadi hakim atas pilihan yang orang lain ambil. Ketika kita menilai sebuah pilihan yang orang lain ambil tidaklah rasional, ini adalah penilaian subjektif dari diri kita dan pastilah orang yang membuat pilihan tersebut pastilah memiliki alasan yang nggak bisa kita pahami.

Kita lebih baik berfokus ada pilihan yang kita ambil. Sebuah pilihan yang kita ambil pastilah selalu memiliki alasan yang melatarbelakanginya, itulah kenapa sebuah pilihan selalu dibarengi dengan sebuah pertanyaan yaitu "kenapa?" Tidak mungkin kita mengambil sebuah pilihan tanpa sebuah alasan. Kita selalu memiliki preferensi yang menjadi latar belakang sebuah pilihan yang kita ambil.

Pilihan sangatlah mesra dengan konsekuensi. Pilihan dan konsekuensi adalah dua hal yang terikat dan akan selalu berpasangan. Saat kita udah bikin pilihan, maka cara menghormati pilihan yang sudah kita ambil adalah dengan siap dan bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang ditimbulkan dari pilihan yang kita ambil tersebut.

Kita tidak berhak menghakimi pilihan orang lain dan begitu juga sebaliknya. Orang lain tidak memiliki hak untuk memberi penghakiman atas pilihan yang kita ambil.

Jadi, selamat membuat pilihan!

2 comments:

  1. setuju,kita harus bisa menghargai apa yang mereka pilih :)

    ReplyDelete