Sunday, 5 May 2019

8 Hari, 10 Bis, 6x Penyebrangan. KOK BISA???

Mungkin postingan ini akan sangat panjang, tidak dibagi ke part-part, mengandung banyak foto sehingga akan menguras kuota internet kalian, dan dibuat untuk netizen yang selalu mengeluh "aduh sekarang touring males, tol terus soalnya" touring kalian kurang ke timur dan... kurang berkali-kali! Ah, sambil bikin postingan ini, sambil inget-inget gimana keselnya gagal 2x trip Jakarta-Bima. Kesel sih, tapi yaudahlahya....

Malam tahun baru 2019, pikiran menerawang, mata tertuju pada kalender dan layar laptop (salah satu grup po mania). Ketika yang lain asik bakar-bakar merayakan tahun baru berkumpul bersama orang-orang yang disayang, diri ini tetap menerka-nerka rencana yang sedang dibuat. Sukses kah? atau tidak sama sekali. Uang ada, banyak iya. Waktu yang susah, cuti yang rumit. Mengajukan trip ke Bima (lagi) ijin ditolak orang tua. Baiklah, aku penurut. Memutar otak lagi, sehingga terciptalah trip yang mungkin belum kalian bayangkan sebelumnya.

Mengajukan cuti di tempat kerjaku tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Sulitnya bukan main, bagaikan ingin jihad ke Yugoslavia. Jatah cuti wajib ada 5 hari berturut-turut yang katanya harus diambil. Katanya, sih. Nyatanya, tidak semudah itu Ferguzoooo! Medio Februari adalah suatu keharusan aku mendapatkan cuti setelah sebelumnya ku ajukan di awal Februari dan ditolak... Kalo bukan sekarang, kapan lagi??? Senin 11 Februari ku ajukan kembali surat cuti untuk 18-22 Februari (5 hari kerja). Sampai Jumat pagi (15 Februari) belum ada tanda-tanda cuti ku disetujui.. Barulah setelah Jumatan, ada sebuah jawaban yang sungguh membuat senang dan sekaligus bingung. Senang, cuti di acc. Bingung karena persiapan masih 0% mulai dari packing belum sampai tiket belum dipesan. Mengacu jadwal yang ku buat sendiri, Sabtu 16 Februari 2019, perjalanan harus dimulai......

Jumat sekitar ba'da ashar, ku pesan tiket pertama ku relasi (Surabaya - Denpasar) dengan bantuan sesosok teman di Surabaya, Gunung Harta merah tronton adalah sebuah keharusan bagiku. Mau duduk dimanapun ndak masalah yang penting naik tront00n. Kelar kerja ba'da maghrib, bersama kesayangan menuju rumah di Cibitung. Orang rumah kaget kenapa secepat ini :(

Secepat ini maksudnya berangkat touringnya...

Tengah malam kuputuskan packing perlengkapan yang nanti ku bawa, mulai dari sandang sampai obat-obatan. Tas ransel satu, tas baju satu, waist bag 1. Wanjir ini mau touring apa mudik? Tunda dulu pertanyaannya karena Sabtu pagi sudah mau datang. 


Sabtu, 16 Februari 2019
Sekitaran pukul 14.00 hari Sabtu 16 Februari 2019, aku diantar ke agen GMS di Cibitung untuk memastikan ada seat SE tersisa hari itu, serba dadakan, kalah tahu bulat. Seat nomor 19 ku dapat untuk GMS SE seharga IDR 235.000. Cibitung - Cikarang dengan bis langsiran.
Pool GMS Cikarang
Bis yang sebelah kiri adalah langsiran dari Cibitung ke Pool Cikarang. Kenapa harus memulai dengan GMS? Aku harus diam-diam naik GMS agar supaya sesosok teman yang kerja disini tidak menyadari kehadiranku. Aku harus merahasiakan ini. Jujur aku belum pernah merasakan servis SE dari bis kelahiran Ngadirojo yang satu ini, SE 2-2? Kan bikin penasaran, apa spesialnya? Maka pilihan-pilihan lain menuju Solo ku pinggirkan. Atas dasar darah Wonogiri yang ada pada diriku, aku merasa harus terus menjaga kelestarian bis-bis asli kota gaplek. Caranya, beli tiket resmi, berisik di medsos memamerkan fasilitasnya. Karena bis gak cuma yang banter-banter aja. Gak cuma yang stroboan aja. Gak cuma yang ita-itu aja. Belum tau bis mana yang akan ku naiki, aku menerka-nerka apakah yang punya nickname Eurofighter yang akan ku naiki? Biarpun pada akhirnya dugaanku salah total Bagiku ya GMS ini bis asli Wonogiri yang punya respon cepat terhadap tren pasar. Karena yang gagap menghadapi jaman, dipastikan kehilangan pelanggan. Jika gugup menghadapi persaingan yang ada, maka silahkan parkirkan armada di barisan belakang. Lalu yang mana yang akan membawaku dari Cikarang ke Solo??

Adalah Master Combat, bis dengan bodi kekinian, menyesuaikan masa yang ada tanpa meninggalkan citarasa asli Wonogiri.

Master Combat

AD 1513 AR

Interior


Buatku yang terbiasa naik Wonogirian sedari umur lima tahun sampai SMA, hal ini terasa menyenangkan. Yang tidak mungkin bisa ditemukan di bis pendatang yang mencoba bermain-main di tanah gaplek. Ini serasa nostalgia. Armada boleh kekinian, tapi ketika di perjalanan, suasananya membawaku kembali ke tahun-tahun yang lalu. Penumpang-penumpangnya, kebiasaannya, ah.. Pukul 16 kurang 8 menit, bis resmi diberangkatkan dari pool Cikarang dengan pembawaan yang santai, gak terburu-buru. Kondisi jalan tol cukup bersahabat, tidak ada kemacetan berarti, juga tidak ada yang mengganjal di hati. Sebuah permulaan yang baik bukan?

Tertidur, terbangun dan sedikit berbincang dengan teman duduk yang ternyata anak UNS. Dari gelagatnya dia baru kali ini naik bis. Ketika ku tanya, betul saja, dia kehabisan tiket kereta dan terpaksa naik bis. Wait, terpaksa naik bis??? Oke baik, bisa dimaklumi.. kembali tertidur karena pembawaan driver yang santai tanpa ada aksi rem mendadak-rem mendadak. Siapa gak pules coba? Ditambah jarak antar bangku yang lega.. Selonjor? Oke. Bangku nyaman? Oke. Dapat kelebihannya?

Pukul 18.55 terbangun dan bis ternyata baru saja memasuki rumah makan. RM Aroma, sebuah nama yang identik dengan hal-hal yang berbau makanan. Rumah makan ini punya rekam jejak yang baik dalam memoriku. Makanan berasa enak, hangat dan berkesan tentunya.
RM. Aroma
Ibadah Maghrib, Isya, lalu ibadah servis makan menanti. Rasa makanan tidak perlu dinilai disini, yang jelas enak dan gak bikin kembung hahaha. Sayangnya, gak ada es teh di servis makan gratisnya. Selesai makan, seperti biasa sedikit foto-foto karena cuma sedikit bis yang ada. Perjalanan masih jauh dan panjang..... Istirahat disini sekitar 45 menit dan kemudian bis bersiap berangkat kembali menuju Solo - Wonogiri. Hujan turun dari langit membawa orang-orang kedinginan pada angan, juga kenangan... Tertidur, terbangun di jalan tol entah dimana dan tertidur kembali. Gitu terus sampek Pevita jadi milik orang lain. Sumpah ini bis wangi, ac dingin, bangku sip. Gak ada minusnya sejauh ini.

Dua jam lagi hari berganti, aku terbangun karena bis tidak berjalan. Oalah ternyata lagi di RM. Sendang Wungu di daerah Batang (Jawa Tengah). Terlalu pulas, sampai-sampai melewatkan banyak kota juga kabupaten di Jawa Barat, lho tapi efek Cipali bukannya seperti itu? Banyak yang terlewatkan karenanya~

Turun bis, untuk sekedar membeli kopi hitam untuk menghangatkan badan juga sekaligus menunaikan ritual buang air kecil. Disini, tempt istirahat kedua tidak ada servis makan gratis, semuanya berbayar. Kopi belum habis setengahnya, helper sudah memanggil penumpang agar kembali ke dalam bis untuk melanjutkan perjalanan. Agaknya aku telat bangun sehingga menghabiskan satu gelas kopi saja tidak cukup waktu. Bis kembali berjalan.......


"Semarang Semarang ayo yang turun Semarang persiapan" Suara parau membangunkan tidurku, oh ya sudah sampai Semarang ternyata. Kira-kira 5 orang penumpang turun disini. Niat hati aku tidak mau tidur sampai Solo, tapi apadaya, tiba-tiba sebuah tepukan di pundak membangunkan lelapku.

"Solo terminal nggih (bahasa jawa yang artinya "ya" -red) mas?"
"Oh, nggih pak terminal" Jawabku.
"Ke depan aja gak apa mas, sudah mau sampai"

Minggu, 17 Februari 2019
Jam dua dinihari, itupun masih kurang 15 menit. Wow, tol transjawa memang benar-benar mempersingkat waktu tempuh ya.. Kulanjutkan perjalanan dari Terminal Tirtonadi tanpa menoleh kesana-kesini. Shelter bis arah Surabaya tujuanku! Apapun bisnya, yang penting patas dan ada toiletnya, batinku. Aku jadi sering buang air kecil dan Solo - Surabaya itu tidak dekat-dekat banget. Patas yang terparkir ada Eka Cepat, dan bagusnya lagi ada toiletnya. Tanpa babibu ku duduki seat depan yang belum berpenghuni.
EKA Cepat
Setelah cukup lama tidak naik patas arah Surabaya, ku rasakan kembali sensasi naik patas dengan tarif sebesar IDR 88.000. Eh itu di foto ada tas punyaku loh ya guys hahaha. Bis masih lama dan belum akan diberangkatkan, berisikan hanya 4 orang saja dan masih menunggu calon penumpang lainnya sampai jam keberangkatan. Disini badan tiba-tiba lemas dan ingin membatalkan perjalanan panjang ini. Istirahatku kurang, jam kerjaku sampai malam, dan langsung melakukan touring adalah pemicu kelelahan yang tidak bisa dipungkiri. Masa iya balik lagi? Keringat dingin keluar perlahan dari tubuh sebagai alarm pertanda bahwa tubuh ini sedang tidak baik-baik saja. Vitamin yang ku bawa khusus sudah diminum, roti bekal sudah ku makan. Sebelum pada akhirnya mata tertuju pada.....
ALARM di dashboard kemudi yang akhir-akhir ini ramai diperbincangkan para penggemar bis... Kotak kecil itu alarm, di kaca bis juga tertempel tulisan bahwa bis ini kecepatannya dibatasi dan alarm akan berbunyi ketika kecepatan sudah melampaui batas.. yaitu 90 kilometer per-jam. Oke baiklah. 02.47 bis diberangkatkan dari Terminal Tirtonadi dengan kondisi jalanan sepi kosong. Berpapasan dengan bis Wisata Komodo yang sedang bersama Sedya Mulya. Dua-duanya adalah bis yang berangkat dari Depasar pada hari sebelumnya. Bedanya Wisata Komodo mengakhiri perjalanan di Purwokerto, sementara Sedya Mulya di Wonogiri. Cepat juga jam segini sudah sampai Solo hmmm.. Tanpa teman perjalanan, bis berjalan santai, sesekali melebihi 90 kilometer per-jam alarm langsung berbunyi dan bagiku bunyinya cukup mengganggu orang yang sedang tidur.

Pukul 04.10 bis berhenti di Rumah Makan Duta daerah Ngawi, Jawa Timur untuk servis makan. Seperti biasa, penumpang boleh memilih menu di rumah makan ini yang cukup variatif. Ada ayam bakar, nasi soto, nasi rawon, nasi bakso, lele goreng. Sebelum-sebelumnya aku selalu memilih menu ayam bakar, maka kali ini aku mau yang berbeda jadi pilihan jatuh ke nasi rawon. Pesanan datang dan setelah kucicip agak menyesal, karena dingin dan ya gak cocok mungkin di lidah..
Tau gitu ayam bakar aje. Sambat (bahasa jawa yang artinya mengeluh -red) adalah sebuah keharusan, guys! Hahaha.. Penumpang hanya 12 orang, mungkin karena bukan jam padat sehingga bis hanya terisi sedikit penumpang sampai ke tujuan. Istirahat 30 menit lebih, bis kembali berjalan, juru-mudi sebenernya ingin memacu bis lebih cepat, akan tetapi alarm selalu jadi pengingat.. hmmm.. Jalanan masih lengang, bis terbentur alarm, akhirnya aku tertidur.
Sekitar jam 08.17 bis hampir sampai di Terminal Bungurasih, Surabaya, Jawa Timur. Aku putuskan turun di dekat Ramayana dan segera mencari hotel sekitaran terminal karena badan ini butuh segera tidur selonjor.. Leher sakit, keringat dingin, mata berat. Lah masa iya gagal lagi, gak bisa... Dapat hotel abal seharga IDR 100.000, kondisi kamar gak usah ditanya, jauh lebih bagus kamar kosan jama kuliah. Selesai memberi kabar ke salah satu temanku di Surabaya aku memutuskan tidur. Terbangunkan azan Dzuhur, aku bergegas mandi dan menyelesaikan transfer-transfer untuk persiapan tiket bis maupun hotel. Sekitar jam 13.30 aku dijemput teman sebut saja namanya Alvin, untuk makan siang dan lanjut ke terminal Bungurasih.. Seat belakang sendiri katanya, yaudah gak masalah yang penting tront00n.. Makan mie ayam, nyarinya via instagram anjir.. porsi jumbo karena servis makan Gunug Harta sangatttttt jauh katanya...

Serba Jumbo
Ini mie ayam pengunjungnya rame bener anjir, sayang lupa nama tempat makannya.. Yang jelas dipinggir jalan, dan bukan kedai permanen. Viral nih katanya di Surabaya hahaha. Rampung makan, lanjut ke Bungurasih masih bersama mas Alvin yang sepanjang jalan ditelponin terus sama pacare, haduh bucin juga nih anak... Pengen gue cengin takut diturunin.. Sampek Bungurasih, bis belum terparkir, merapat juga Dimas yang juga orang Surabaya.. Tapi, bis belum juga datang..


Pada akhirnya bis datang.. merah, mewah, dan eye catching..

Untuk lintasan Surabaya - Denpasar, bis ini jadi yang paling mewah dibanding kompetitor-kompetitor lainnya.. dengan tiket yang terjangkau seharga IDR 220.000, bis ini punya banyak pelanggan tetap, jadi jangan heran kalo bis ini selalu penuh terutama di akhir pekan. Tepat pukul 16.30 bis diberangkatkan, wow jadi yang berangkat pertama dibanding kompetitor lainnya. Penumpang sudah penuh, mau tunggu apa lagi emang? Tenaga besar benar-benar dimaksimalkan juru-mudi.
Fasilitasnya ya fasilitas kekinian dimana port charger jadi yang utama, bedcover, seat yang lega juga menjadi andalan dari Gunung Harta dengan kode bis Eksekutif 1. Lepas tol, snack dibagikan. Berisikan dua roti mahal dan air mineral botol sedang. Jangan main-main tentang servis di lintasan Denpasaran. Bis berjalan sebagaimana mestinya, sepanjang jalan hanya bertemankan truk-truk besar dan kendaraan pribadi. Karakter juru-mudi sangat agresif tapi tanpa kesan grasa-grusu.
Oh iya, di bis ini juga dilengkapi dengan ruangan merokok di bagian belakang.. Jadi bagi para pecandu tembakau, dijamin gak akan mati gaya sepanjang perjalanan. Senja mulai tiba. Senja yang bisa jadi membawamu pada puisi, atau luka menganga yang tak kunjung rampung. Sesaat kemudian aku sadar bahwa tempat duduk berada tepat di atas roda yang berputar dan ada sensasi eneg-eneg gimanaaa gitu hahaha. Mau muntah gak lucu, gak muntah juga udah eneg banget, akhirnya ku putuskan muntah dalam hati.
Gelap mulai menghampiri hari, terang mulai hilang, roti pertama tuntas ku habisi. Ibadah maghrib di atas tront00n. Kapan lagi coba? Berasa naik kereta, tanpa halangan bis melaju terus. Ketika malam makin pekat, aku tersadar, kok gak sampe-sampe rumah makan ye? hahaha benar menjadi perjalanan yang panjang sepertinya untuk menuju rumah makan. Untung tadi sempat makan mie ayam jumbo dan minum es teh jumbo. Tapi, lapar tetaplah lapar....


Lagu pop era 2000-an yang diputar di dalam bis membuat kantuk tidak tertahan. Tanpa sadar mata terlelap dibali tebalnya bedcover merah motif polkadot. Jam 20.50 terbangun dan tepat sedang melintas di PLTU Paiton yang jika malam hari terlihat sangat indah dengan balutan lampu kuning temaram.. sayangnya, film dokumenter sexy killer belom tayang kala itu hahahahaha.. Roti kedua yang artinya roti terakhir selesai pula ku santap. Kondisi kabin yang dingin membuat mata kembali berat. Pukul 22.25 bis berhenti di rumah makan Sumbet Harta Baru yang ternyata milik Gunung Harta pribadi. Akhirnya makan guyssssss..
Pengalaman pertama makan di rumah makan ini terbayarkan dengan menu yang menggugah selera makan (padahal laper sedari tadi). Waktu istirahat tidak lama-lama, penumpang kemudian dipersilahkan kembali ke dalam bis. Bis melanjutkan perjalanan dan aku kembali melanjutkan tidur. Entah jam berapa bis berada di lambung kapal penyebrangan Ketapang - Gilimanuk. Aku tersadar, tapi karena banyak yang tidak keluar bis, aku memilih tidur kembali.
Senin, 18 Februari 2019
"Terminal Pesiapan.. ayo yang Terminal Pesiapan." Tidurku selesai, terbangun dengan rasa lapar. Tabanan Posisiku, penumpang sebelah sudah tidak nampak, pun begitu dengan beberapa penumpang lainnya.. kulihat bangku yang kosong guna memastikan apakah ada roti yang tertinggal, dan ternyata ada 3 roti yang berhasil kudapat. 05.37 WITA, bis resmi sampai di Pool Cokroaminoto di wilayah Denpasar. Karena masih gelap, kuputuskan untuk segera mencari hotel terdekat.

Wah ada grab bike, sabi-sabi... ILOVEBALI gaesss!1!1!1 seceng doang hahaha.. nunggu kang grab juga gak lama sekitar 3 menit abangnye udah jemput. Berselang 5 menit dari Pool sampailah di sebuah hotel bernama Hotel Made Bali, celingak-celinguk agak lama nunggu resepsyonis tiba karena ya masih gelap gini pada belum bangun atau mungkin lagi ganti shift.. akhirnya dapat kamar seharga IDR 275.000 dan free sarapan. Baiklah lumayan buat istirahat sebenetar, daripada mangkal di Pool sampe jam 11-an siang, mending gini kan asik. Bangunan hotel ini klasik abis, suasananya Bali banget, ya emang lagi di Bali. Leyeh-leyeh di Bali, berasa gak ada kerjaan ituuu rasanya nikmat banget xobbb hahaha dan ini Senin bukan weekend juga bukan hari libur besar.. Ku rebahkan badan di kamar sembari menonton berita pagi, wuidih ini sumpah berasa kayak juragan kontrakan.. Senin pagi, nonton tv nyantai-nyantai. Mau tidur tapi udah kenyang tidur di bis, mau pipis juga udah, tapi masih kerasa pengen pipis.. ternyata pas tadi pipis, yang keluar unek-unek~

Langit mulai terang, mau ambil sarapan tapi baru bisa sekitaran jam 8 pagi. Keluar kamar, eh ternyata ada beberapa kamar yang sedang dalam renovasi. Wah ada mas tukang bangunan, ku sapa.. lah kok diem aja tapi senyum, pas disamperin, eh masih mode silent hahaha coba kalo mode getar, bisa kejang-kejang itu mas bangunan pas disapa. Mencoba mengabadikan beberapa sudut hotel lewat kamera hp, cekrek-cekrek, mba pacar nelpon. Alhamdulillah mba, akutuh selamat hehe udah di Denpasar. Perjalanan masih panjang banget sumpah, kalian gak akan sanggup.. biar aku aja. Asiknya lagi, di depan hotel ini langsung jalan akses menuju ke terminal Ubung ataupun Mengwi, dan juga ada sawah yang luas, ya lumayanlah buat cuci mata. Suasana gak terlalu bising, udara bagus, udah diukur kok pake alat pengukur polusi. Tapi boong. Intip-intip ke ruang makan yang terpisah dengan kamar-kamar hotel, tapi kok makanannya belum siap.

Jam hp menunjukkan pukul 8 WITA, saatnya sarapan dengan menu yang cukup lengkap. Lepas sarapan, balik ke kamar, minum vitamin lagi biar badan gak ambyar kek nasi uduk bungkusan tanpa karet. Mau mandi tapi kok masih jam 9, akhirnya tiduran lagi di kasur. Lumayan masih dua jam lagi, karena aku berencana berangkat ke Terminal Mengwi jam 11 siang. Jam 10 mandi, jam 11 check-out hotel langsung pesen ojek onlen lagi gan ke Mengwi. Naik bis apa?


Mau naik bis apa ya??

Sampai di Terminal Mengwi, disambut agen-agen yang tanya mo kemana, ah elu nanya doang bayarin kaga...
"Mas, mau kemana?" tanya ibu-ibu berjilbab, paruh baya.
"Kemana aja bu, asal kenanganku bersamanya ikut pergi" Jawabku.
"Jepara bu" Jawabku sesungguhnya.
"Oh, mas Adit ya? Ini tiketnya ayo tadi si bapak udah nitip"

Oh iya, di Mengwi ini aku juga beli beberapa tiket untuk rangkaian perjalanan ini... Anjir apaansih ini..

Naik Bejeu... harga tiket IDR 260.000.
Sekitar pukul 12.40 WITA bis datang tapi tidak masuk ke dalam terminal. Hino RN berbodi ScorpionX garapan Tentrem, Malang, Jawa Timur yang satu ini tampak sangat gagah terlebih dengan paduan liverynya (livery berarti corak pada bodi bis -red). Wagokil, isinya cuma 4 orang.. ya mungkin karena hari Senin. Bis berangkat pukul 12.55 WITA. Pembawaan juru-mudi 1 sangat luar biasa agresif  nah ini sih gaya muriaan anjir haha (muriaan: bis yang melayani tujuan ke Semarang, Demak dan sekitarnya -red).
Melihat ke dalam, nyaman, akan tetapi dikarenakan bis sudah cukup lama melayani jalur Jepara - Denpasar jadi ada kesan usang dan beberapa sandaran kaki sudah tidak berfungsi dengan baik, justru mengeluarkan bunyi kriyet-kriyet ketika digunakan. Gemblodak cukup terasa, maklum bis banter. Akan tetapi, saat ini, saat tulisan ini diposting,  Bejeu Jepara - Denpasar sudah diganti armada dengan yang paling baru yaitu scania tront00n K410. Ye kenapa ga pas tak naiki ya? -_-
Servis adalah hal yang sangat-sangat jadi fokus perusahaan bis yang melayani jalur Jepara - Denpasar. Bejeu sendiri berlimpah makanan untuk jalur Denpasaran. Pertama, penumpang diberikan kantung snack (roti kecil dan keripik), air mineral, air rasa jeruk, dan pop mie ukuran mini. Perjalanan bergelimang makanan adalah perjalanan yang tidak akan pernah kalian lupakan. Pokoknya sih kalo naik bis Jepara - Denpasar, jangan pernah takut kelaparan gaes...

Kedua, bis ini juga dilengkapi dengan pemanas air elektrik, ada kopi, teh juga popmie. Yang gak ada cuma dia, karena dia udah bersama yang lain.. Pemanas air elektrik ini adanya di tengah, di atas ruangan toilet. Ngebis sambil ngopi/ngeteh? Kayaknya sip banget deh ya... *ngacungin jempol* Biarpun gini, butuh keahlian khusus untuk ngopi/ngeteh di kala bis melaju kencang, salah-salah bisa tumpah ke kepala orang tuh minuman panas kalian..


Bis ini juga ada sekat pemisah antara pengemudi juga penumpang, jadi apabila pengemudi merokok, asapnya tidak akan mengganggu penumpang dan hubungan kita. Oke baik. Bis melaju sangat kencang, sejauh ini justru Bejeu ini yang bikin kaki saya ikut-ikut ngerem, mepet abisss sama kendaraan depannya. Santai, memang gaya mengemudinya begitu. Lirik-lirik penumpang lain kok udah pules ya, padahal pelabuhan juga belum...Oh iya, untuk jarak antar bangku bisa dibilang cukup lega dan yaaaa silahkan selonjoran.
Ketiga, sebelum pelabuhan, penumpang diberikan nasi kotak. Ingat, ingi bukan servis makan malam. Hanya sekedar makan siang menjelang sore hahaha. Pukul 15.33 WITA, bis sampai di Pelabuhan Gilimanuk, setelah antri masuk kapal sekitar 15 menit, bis masuk ke dalam lambung kapal untuk menyebrang ke pulau Jawa. Cuaca cerah membuat kaki melangkah ke luar bis untuk melihat pemandangan sore itu. Angin semilir membuat kenangan menjadi bulir-bulir.
Pulau Bali semakin jauh ditinggalkan, pulau jawa semakin dekat. Mantap jiwa, sampai Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, langit masih benderang. Memasuki wilayah hutan, banyak monyet-monyet berkeliaran sampai ke tengah jalan raya. Klakson dibunyikan, dengan maksud meminggirkan.
Pukul 18.30 (kembali ke Waktu Indonesia Baper Barat), bis berhenti di Rumah Makan Bali Dua daerah Situbondo, Jawa Timur untuk servis makan. Sampai rumah makan ini, penumpang bis yang ku naiki berjumlah 7 orang penumpang. Kabin bis yang dingin dan tidur-able, bikin males makan. Tapi boong. Laperrrr cuy, yekali gak makan... Bis diparkir dekat dengan badan jalan raya, helper bis mempersilahkan penumpang untuk makan. Yaila pak, nga usa disuruh ane bakalan makan...
Sebelum makan, ku tunaikan dulu ibadah wajib. Touring boleh jalan, ibadah jangan digadaikan ye gan... Makanan ni rumah makan boleh juga kalo dibawa ke masterchef.. Rasanya enak. Gratis. EH beneran enak cuy makanan di RM Bali Dua, mangkanye jangan di barat aje mainluuu pada... Makan selesai, balik lagi ke bis, cus jalan lagi. Kali ini juru-mudi kedua menggantikan dan mengambil alih kendali Bejeu. Gak jauh beda sih pembawaannya, banter, hobi mepet-mepet mobil depan, tapi tetap nyaman. Kek bahu kamu, nyaman gan! Tarik bedcover, mata ku paksakan tidur.

Selasa, 19 Februari 2019
Yaila, bangun-bangun ku lupa jam berapa, udah ada di daerah Pati. Lah ini rugi bandar gan namanyeee... Oke gpp. iy gpp. Nyeduh popmie buat angetin badan, popmie abis, badan masih dingin. Balik lagi ke kursi, selimutan lagi sambil nyimak laju bis ini. Seperti single runner yang gue gatau maksudnya apaan, bis melaju kencang sendirian tanpa ada teman perjalanan. Kedinginan menuntun langkah kaki kembali ke pemanas air elektrik, kali ini bikin kopi. Anjir, orangnya gamau rugi bangetsih.. Oke kopinya habis ditenggak, dinginnya ilang juga kagak. Pukul 03.45 dikala azan Subuh belum berkumandang, Bejeu sampai di SPBU Matahari di daerah Kudus, Jawa Tengah. Turun bis aku buru-buru ke toilet SPBU dikarenakan perut mules... Setelahnya, dengan jasa ojek pangkalan seharga IDR 25.000, aku sampai di pelataran Hotel Artha dekat dengan Terminal Jati Kudus.. check ini kamar seharga IDR 150.000, sampai kamar hotel, tersadar akan suatu hal yang sangat penting bahwa waistbag kepunyaanku yang berisikan 3 powerbank dan kabel charger tertinggal di Bejeu.

Gak jadi tidur, gak jadi rehat. Berganti panik, berganti gusar. Harus ke Jepara nih ambil tas... Langit masih gelap, oke nunggu jam 6 pagi langsung berangkatlah diriku ke Jepara. Sebelumnya sudah kordinasi via fanpage fb Bejeu, dan dipastikan tas ku sudah aman. Perjalanan Kudus - Jepara PP sangat lama ditambah minibis yang ngetemnya lama bangettt... Alhamdulillah sampai garasi Bejeu, tasku diamankan oleh helper dan aku langsung kembali ke Kudus. Jam 11 siang, setelah bayar tiket untuk kembali ke Denpasar, aku langsung kembali ke hotel.

Tunggu, tunggu..

Ke Denpasar lagi? Gak capek apa mz? Ya masa capek.. Orang tua gue aja kerja keras biar anak-anaknya bisa kuliah, gak pernah ngeluh capek.. masa gue bis-bisan capek???

Bis ke Denpasar berangkat jam 15.30 dari terminal Jati Kudus, panik kedua adalah ketika aku terbangun dan jam kamar hotel sudah menunjukkan pukul 15.35. Langsung segera ku telfon agen tiket bis...

"Pak, bisnya sudah sampai? Waduh, saya baru bangun tidur e"
"Belum mas, santai aja" Jawabnya dari sebrang telfon.

Oke, ku coba santai aja. Tapi gak bisa, akutu gak sabar!

Pukul 15.50 aku sampai di terminal, dan bis masih belum datang... loh ada Bejeu yang kemarin ku naiki, sedikit berbincang dengan supir dan kru, mereka undur diri karena sudah tiba jam keberangkatan. Setelahnya Gunung Harta yang baru buka jalur Jepara - Denpasar juga berangkat dari terminal. Lah aku naik apa

Akhirnya datang juga...

Surya Bali kembali mebawaku ke pulau Bali. Dengan harga tiket IDR 260.000. Aku sangat gembira bagaikan soda, ketika mengetahui bahwa bis yang akan aku naiki adalah bis terbaru Surya Bali. Sebelumnya aku pernah naik bis Surya Bali kira-kira pada tahun 2014 silam. Pukul 16.25 bis berangkat dari terminal Kudus. Bis dipacu dengan kecepatan sedang, kondisi jalanan juga cukup ramai kendaraan. Bangku no 5 ku duduki. Penumpang berjumlah sekitar 25 orang.
Naik Surya Bali (Jepara - Denpasar) dapat fasilitas apa aja sih? Yang pasti bedcover dan bantal tebal di tiap bangku sudah tersedia. Bis ini memiliki tagline first class service sedari dulu dan tidak pernah berubah. Begitu masuk ke dalam bis, aku disambut wangi kabin yang begitu segar dan fresh. Bis dilengkapi dengan suspensi udara yang menambah nyaman perjalanan karena terbebas dari bunyi kriyet-kriyet. Lagu-lagu yang diputar sore itu adalah lagu-lagu Malaysia lawas yang menambah perjalanan menjadi semakin syahdu...

Pertama, ada kotak snack berisikan dua roti, wafer, kacang dan tisu basah. Tisu basha buat apa? Bisa buat membersihkan tangan sesaat setelah makan snack yang diberikan, atau bisa juga untuk membersihkan wajah saat turun dari bis, dan satu lagi, bisa juga dijadikan koleksi.
Lalu juga ada air mineral botol dan minuman rasa teh kemasan botol. Serta popmie, karena bis ini juga dilengkapi dengan pemanas air elektrik yang artinya ada kopi dan juga teh. Masih sama seperti tahun 2014 kala pertama kali aku naik Surya Bali.








Bis berhenti di daerah Rembang cukup lama dikarenakan menaikkan paket titipan. Entah karena bangkunya berukuran besar, jarak antar bangku jadi kurang lega menurutku. Guys.. bis ini juga dilengkapi dengan area merokok di bagian belakang bis, dekat dengan toilet, jadi para pecandu tembakau jangan berkecil hati ketika naik bis ini.

Rem tangan ditarik, pintu bis terbuka, penumpang dipersilahkan makan... Pukul 19.06, bis sampai di RM Wahyu Utama. Ini rumah makan mirip RM Kedung Roso (Brebes) karena pilihan lauknya buanyakkkk. Makan selesai, ibadah juga sudah. Nah ini ciri khas dari Surya Bali adalah ketika selesai istirahat makan, dan kembali ke kursi, maka bedcover akan tersusun rapi kembali. Jadi, selama kita makan, helper akan merapikan kursi penumpang baru setelahnya dia makan malam. 
Bis kembali diberangkatkan dan kali ini kendali ada di bawah driver kedua. Adu cepat terjadi dengan rombongan wisata Subur Jaya. 4 armada Subur Jaya berhasil dilewati, juga dengan truk-truk besar yang apabila tidak didahului maka akan jadi penghambat perjalanan. Mataku berat... Tarik selimut...
Rabu, 20 Februari 2019
Pundak ditepuk, tidur terbangun. Loh udah di lambung kapal, helper membangunkanku dan memberikan nasi kotak sebagai servis makan kedua dari Surya Bali.. Isinya: Nasi, Mie goreng, Telur, Ayam. Untuk pemberangkatan dari Denpasar menuju Jepara juga disediakan servis gratis makan 2x. Masih mau ngeluh kelaperan? Terlalu...
Ini juga salah satu fasilitas yang bikin kita gak mati gaya sepanjang jalan, yaitu stop kontak di tiap bangku. Gak bakal kehabisan daya baterai hp, bisa terus update status.
Nah, di kapal ini, selimut kembali dirapikan oleh helper, sehingga jika nanti penumpang sudah kembali ke bis, maka bangku mereka sudah kembali rapi. Aku memutuskan untuk tidak keluar bis dikarenakan angin sedang kencang. Nah sob, itu yang di paling belakang, sebelah kanan ada ruangan merokok dan juga ada toilet.






Tadinya ku kira bis akan sampai di Garasi Pidada sekitar jam 8-9 pagi, akan tetapi kemacetan di jalan membuat bis baru sampai Pidada (daerah Denpasar) pukul 11.30 WITA, sementara bis yang akan ku naiki berangkat dari Garasi Pidada pukul 11.00 WITA. Gagal rencana untuk transit mandi dan bersih-bersih badan. Aku langsung bergegas ke garasi bis yang akan aku naiki selanjutnya. Cuma beda gang dari garasi Surya Bali.. gak sampai 5 menit naik ojek pangkalan aku sudah sampai di garasi bis yang akan aku naiki selanjutnya.

Solo, Jawa Tengah adalah destinasi selanjutnya, maka PO Wisata Komodo adalah jawabannya. Tiket untuk PO Wisata Komodo Denpasar - Solo seharga IDR 275.000. Bis berangkat 11.35 WITA dari garasi Pidada dan baru berisikan 5 orang. Bis akan terlebih dahulu berhenti di Terminal Mengwi untuk menunggu penumpang, karena biasanya bis Denpasar - Solo - Jogja berangkat pukul 14 WITA dari Bali.
Karena cukup lama berhenti di Terminal Mengwi, ku putuskan untuk keluar dari dalam bis. Satu persatu penumpang mulai berdatangan, denyut Terminal Mengwi mulai ramai dengan hiruk-pikuk penumpang.










Pukul 13.59 WITA bis diberangkatkan dari terminal Mengwi dan penumpang dibagikan makan siang gratis. Semua kursi terisi penumpang dan tidak menyisakan satu pun kursi yang kosong. Jalanan siang itu cukup ramai kendaraan, bis terkadang 'nyangkut' di belakang truk-truk besar sehingga perjalanan sedikit terhambat. 17.00 WITA, bis memasuki pelabuhan dan tanpa antrian yang berarti langsung masuk kapal untuk menyebrang.




Sekitar pukul 17.50 WIB, bis berjalan gontai di daerah Wongsorejo, Jawa Timur. Selidik punya selidik ada masalah di balon suspensi udara. Bis berhenti, tindakan dilakukan oleh supir dan kernet. Tidak sampai 30 menit, kendala berhasil diatasi dan bis kembali berjalan menuju tujuan akhir Purwokerto.






Di tengah ketertiduranku (halah), terdenger bunyi musik yang sangat kencang di kabin bis. Nah, ini guys salah satu ciri khas dari Wisata Komodo.. jadi, menjelang masuk rumah makan, supir akan menyalakan musik mulai dari volume suara pelan dan semakin kencang ketika semakin mendekati rumah makan. Tujuannya? untuk membangunkan penumpang. Berkelas bukan? Gak percaya? Naik gih.
Pukul 20.20 WIB, bis yang ku naiki  berhenti istirahat di RM. Puritama, Situbondo, Jawa Timur. Selang 40 menit berlalu, penumpang kembali dipersilahkan kembali masuk ke dalam bis untuk melanjutkan perjalanan. Rasa ngantuk yang gak tertahankan, membuatku tertidur pulas dan terbangun sudah di jalan tol. Entah di daerah mana, yang jelas sudah memasuki daerah Jawa Tengah.




Kamis, 21 Februari 2019
Pukul 03.20 bis tiba di Solo dan aku turun di dekat terminal Tirtonadi untuk selanjutnya beristirahat di hotel yang sudah ku pesan via aplikasi seharga IDR 99.000 (setelah potongan diskon). Oh iya, karena sampaiku dinihari maka untuk pemesanan hotel ku pilih tanggal sebelumnya untuk checkin. Tujuannya adalah ketika aku sampai bisa langsung masuk ke kamar tanpa harus menunggu jam checkin. Keren bukan? Iyalah, jurusan Ilmu Perhotelan masa gak paham kek ginian. Setelah selesai mengurus administrasi, yang ku lakukan pertama kali di kamar hotel bukanlah tidur akan tetapi.. MANDI. Ya gimana gaes, gak mandi berapa hari anjir.. hahahaha...

Selanjutnya?

Setelah sarapan, pukul 09.00 aku ke terminal Tirtonadi untuk mengambil tiket yang sudah ku pesan. Ke Jakarta? Bukan, tapi balik ke Denpasar lagi. Baiklah.

Kalian gak akan sanggup, biar aku saja.

Dikarenakan jam checkout kamar adalah jam 12 siang, maka jam 11 aku berkemas dan mandi. Selanjutnya setelah ibadah Zuhur, aku melangkahkan kaki ke terminal Tirtonadi yang jaraknya lumayan dekat dengan hotelku menginap. Berdasarkan info dari agen, bis tiba sekitar jam 14.30. Setelah laporan ke agen, aku menunggu kedatangan bis sembari makan siang.

Naik apa?

Pukul 15.00 bis tiba di Terminal Tirtonadi, dan berangkat 15 menit kemudian.

Bis dilengkapi banyak stop kontak di bagasi atas, jadi kita lagi-lagi gak perlu khawatir kehabisan baterai hp. Bis Sedya Mulya dengan rute Wonogiri - Denpasar ini dibanderol dengan harga tiket sebesar IDR 270.000.. Bis berjalan sangat lambat, khas Wonogirian asli pembawaannya sangat 'lembut' sehingga penumpang tertidur cepat dibuatnya.





Tidak jauh dari terminal, bis berhenti cukup lama untuk menunggu dan menaikkan paketan. Sementara itu, di dalam bis, penumpang sudah terisi penuh. Wah pasti bablas tol nih kalo begini... Ternyata gak bablas tol gaes... Sumpah ini bis sabar banget 'mbututin' truk-truk tonase besar. Kresane sepi loh tapi gak diblong... Supir taat marka jalan dan benar-benar santun.
Pukul 17.29, bis berhenti untuk servis makan di RM Duta. Penumpang dibagikan kupon makan untuk ditukar menu makanan prasmanan. Bis berjalan kembali 40 menit kemudian. Lepas rumah makan aku tertidur dan terbangun sudah di jalan tol. Kecepatan bis ada di kisaran 80-90 kilometer/jam. Jalanan tol minim penerangan sehingga sangat gelap. Selain itu, kendaraan yang melintas tidak begitu banyak justru terkesan sepi.















Jumat, 22 Februari 2019
Pukul 02.08 dinihari, bis sampai di pelabuhan Ketapang Banyuwangi.. Kondisi pelabuhan cukup sepi sehingga antrian masuk kapal tidak terlalu lama. Penyebrangan dari Pulau Jawa ke Pulau Bali juga terbilang cukup lancar. Kapal bersandar, penumpang kembali masuk ke dalam bis. Ada sebuah masalah dimana penumpang kurang 2 orang ketika bis akan meninggalkan pelabuhan Gilimanuk.. Cukup lama dan helper mencari keberadaan penumpang di seitaran pelabuhan. Berselang 30 menit kemudian, 2 orang tersebut akhirnya kembali naik ke dalam bis dengan diiringi komentar-komentar dari penumpang lainnya...

Hutan Bali suasana masih gelap, bis berjalan santai sehingga mata kembali terpejam... Pukul 06.37 WITA, aku terbangun dan bis sudah memasuki wilayah Tabanan. Masih cukup jauh untuk sampai di Denpasar.
Pukul 08.30 WITA, bis sampai di daerah Ubung, Denpasar. Dengan bantuan ojek seharga IDR 10.000, aku mencari hotel untuk transit di daerah Pidada. Akhirnya, aku dapat hotel di sekitaran terminal Ubung dengan harga kamar IDR 80.000. Kondisi kamar cukup bersih, selanjutnya aku bersih-bersih badan dan langsung bergegas ke tempat penjualan oleh-oleh dikarenakan aku juga harus Jumatan...





Selepas mencari oleh-oleh, aku kembali ke hotel menggunakan grab car karena bawaan yang banyak. Tanpa sempat bersantai, aku segera mandi dan bersiap Jumatan. Nyari masjidnya pake grab bike lagi guys... Oh iya, bis selanjutnya tujuan Surabaya. Kenapa? Karena bis tujuan Surabaya dari Denpasar merupakan bis yang keberangkatannya Sore mulai sekitar pukul 4 sore. Jadi aku punya banyak waktu untuk beli oleh-oleh dan juga Jumatan tanpa harus terburu-buru.
Selepas Jumatan, kembali menuju hotel, tidak lupa mampir ke Warung Makan khas Banyuwangi yang banyak terdapat di daerah Bali. Makan, balik lagi ke hotel, tiduran sebentar, mandi lagi dan lalu checkout hotel menuju terminal Mengwi dengan transportasi grab car. Sepanjang jalan hujan deras dan beberapa ruas jalan menuju Mengwi tergenang banjir. Pukul 15.00 WITA aku sampai di Terminal Mengwi. Setelah laporan ke agen, aku menunggu sembari mengamati keramaian yang ada.


Pukul 16.48 bis yang akan membawaku ke Surabaya, tiba di Terminal Mengwi.. Kesan klasik nan nyaman langsung ku dapat ketika bis datang terlebih ketika masuk ke dalam kabin bis. Mersi kuler lawas, stir tampah... Parkir cukup lama di Mengwi, mandoran masih menjajakan tiket yang tersedia. Pukul 18.20 WITA dikala terminal Mengwi berangsur sepi, Bali Perdana yang tiketnya kutebus seharga IDR 200.000 untuk relasi perjalanan Bali - Surabaya.

Statusnya sebagai nama yang angkat jangkar dikala senja menyapa, tidak serta-merta menjadikan dirinya masuk ke dalam armada-armada semenjana. Tampilanya yang boleh dibilang jauh dari hingar-bingar gaya kekinian, tak lantas membuatnya gagal jadi penyintas lintas generasi. Bis sangat lincah melintasi sempitnya jalanan Pulau Bali, ditambah kursi yang menurutku sangat nyaman.. Bahkan ada beberapa orang yang bilang bahwa Bali Perdana ini adalah Raya-nya Pulau Dewata.














 
Si juru kemudi enggan berlama-lama berada di belakang kendaraan lain, ada celah dikit langsung ambil. Ada celah dikit langsung ambil.. Perpaduan akselerasi ditambah dengan olah kemudi yang ciamik menimbulkan perjalanan yang mengesankan. Sayang, aku duduk di kursi cukup belakang. Perjalananku hampir selesai saat bis memasuki lambung kapal untuk kembali ke Surabaya.. Bali Perdana adalah bis ke-8 dalam rangkaian perjalanan kali ini. Bolak-balik kek setrikaan, badan ditopang vitamin.


Sabtu, 23 Februari 2019
Rumah Makan Setia, pukul 01.05 dinihari, 30 menit waktu yang diberikan untuk isi perut dan keperluan lainnya. Setelahnya bis kembali melaju dengan lincah di tengah kegelapan malam Jawa Timur.







Bali Perdana, sebuah nama, sebuah pembuktian bahwa fisik boleh menua, tapi tenaga sama sekali tidak perlu diragukan. Jangan bilang stir tampah tenaga melimpah, jangan bawel stir tampah tenaga turah-turah. Naik Bali Perdana, maka kalian akan tau makna dari stir tampah tenaga melimpah yang sesungguhnya.





 

04.45 subuh, bis sampai di Terminal Bungurasih Surabaya. Tanpa sempat ngopi-ngopi, hanya sempat mampir ponten (toilet, bahasa setempat -red), aku langsung menuju shelter patas arah Solo. Niat hati mau naik Sugeng Rahayu, adanya PATAS EKA. Yasudah langsung naik, bangku nomer 2. Harga tiket IDR 98.000 (via tol setelah terminal Nganjuk). Bis berangkat dari Terminal Bungurasih tepat jam 05.00 subuh. Melaju santai karena tidak penuh penumpang. Ya mau kenceng juga alarm bunyi terus, ganggu.

Karena badan yang sudah cukup lelah akhirnya diriku tertidur. Beberapa Kabupaten, Kota terlewati sampai pada pukul 08.50 WIB bis sampai di RM Duta. Kali ini aku gak mau pilih-pilih menu makan, cukup pilih ayam bakar saja yang sudah pasti pas di lidahku. Servis makan kira-kira selama 30 menit, bis kembali berjalan menuju Solo. Alhamdulillah sejauh ini, rencana perjalanan berjalan mulus tanpa kendala apapun. Baik mulai dari jam berangkat sampai jam tiba. Semua sesuai susunan yang ku buat sendiri.















 

Bis tiba di solo sekitar pukul 11.20 siang. Solo siang itu sangat panas. Aku turun di depan hotel yang dekat dengan terminal Tirtonadi. Selesai mengurus administrasi kamar yang sebelumnya sudah ku pesan via aplikasi, aku langsung beristirahat tidur. Karena bis yang akan membawaku kembali ke Bekasi berangkat pukul 19.00 malam. Kali ini beneran balik ke Bekasi, gak ke Bali lagi..

Jam 3 sore, pesan makanan via aplikasi online, leyeh-leyeh lagi, tidur lagi. Azan Maghrib membangunkan tidurku, selesai mandi lalu ibadah, aku langsung checkout kamar. Diantar dengan grab car aku menuju terminal Tirtonadi dan bersamaan aku sampai di terminal, bis yang akan aku naiki juga baru tiba.

Bis Baru....
Hadir dengan sasis anyar, bodi terbaru tentu terlihat betul bahwa abdi dalem Bulakrejo ini ingin terlihat kekinian, ingin tampil fashionable! Kesan nyaman sama sekali tidak hilang dengan gaya barunya, justru, berkali-kali bertambah nyamannya. Menjadikannya sebagai penggenap liburan yang sempurna adalah sebuah hal yang tidak memerlukan sanggahan.
Bis memulai perjalanan dari Termial Tirtonadi pukul 19.03 malam. Dipacu cukup kencang namun tetap nyaman. Suspensi udara menambah kenikmatan perjalanan malam menuju ke Bekasi. Tepat pukul 22.05 aku dibangunkan oleh helper karena bis sudah sampai di RM Pantes. Servis makan khusus penumpang kelas supertop menggunakan menu spesial yang beda dari penumpang kelas lainnya.
Selepas servis makan, tidak ada yang bisa ku lakukan selain pasrah tertidur karenakenyamanan bis ini... Tidak ada lagi stir tampah tenaga melimpah, bukan lagi stir tampah tenaga turah-turah. Tapi, yang ada sekarang adalah supertop kekinian nan banter. Ohya, selamat datang di era baru generasi supertop Raya!















Sabtu, 24 Februari 2019
Pukul 04.19 bis sampai di Pool Raya Kranji untuk menurunkanku, kemudian bis melanjutkan perjalanan ke Pool PTC. Selesai naik Raya aku diantar Grab ke rumah di Cibitung, yang artinya rangkaian perjalanan kali ini sudah selesai... Tapi, satu yang pasti, kilometer perjalananku belum usai....

7 comments:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Lady Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu kepada Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran di muka, tetapi mereka adalah penipu , karena mereka kemudian akan meminta pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, jadi berhati-hatilah terhadap Perusahaan Pinjaman yang curang itu.

    Perusahaan pinjaman yang nyata dan sah, tidak akan menuntut pembayaran konstan dan mereka tidak akan menunda pemrosesan transfer pinjaman, jadi harap bijak.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial dan putus asa, saya telah ditipu oleh beberapa pemberi pinjaman online, saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Ms. Cynthia, yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa konstan pembayaran atau tekanan dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya terapkan dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik jika dia membantu saya dengan pinjaman, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman dengan mudah tanpa stres atau penipuan

    Jadi, jika Anda memerlukan pinjaman apa pun, silakan hubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan atas karunia Allah, ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda mematuhi perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan memberi tahu saya tentang Ibu Cynthia, ini emailnya: arissetymin@gmail.com

    Yang akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran cicilan pinjaman saya yang akan saya kirim langsung ke rekening perusahaan setiap bulan.

    Sepatah kata cukup untuk orang bijak.

    ReplyDelete
  2. Berarti sekarang semua armada bejeu jepara-denpasar k410 semua ya mas? Baik barat maupun timur

    ReplyDelete
  3. Mantap mas, bisa jadi referensi touring nih��

    ReplyDelete
  4. mantap mas, salah satu trip report ter edyan yang pernah saya baca :D

    ReplyDelete