Jatuh cinta itu tidak terdefinisikan, perasaan yang tidak terdefinisikan,
perasaan yang tidak terjelaskan, perasaan yang mungkin tidak bisa kau
membahasakannya dalam bahasa dan kata-kata. Karena cinta saja sudah cukup
mewakili banyak rasa, apalagi keterjatuhan dalam cinta?
Jatuh cinta itu mengenai
harapan, berharap waktu terhenti sesuai kemauan kita, berharap mengulang waktu
kemarin, dan berharap melihat masa yang akan datang.
Jatuh cinta itu tentang sebuah penantian, dimana menunggu jadi hal yang
biasa, bahkan kamu mungkin bisa tergugu bahkan sampai pada akhirnya,
kemungkinan terburuknya adalah kama terjatuh dalam rasa ragu.
Jatuh cinta itu seperti riak air, cinta itu riak air, riak air yang meluas,
meluas dengan perlahan. Sebagaimana lazimnya riak air, ia memiliki pusat. Jatuh
cinta itu riak air, meluas dengan perlahan yang pusatnya adalah dia.
Jatuh cinta itu penuh harap, ia selalu berusaha mencari celah dalam hatimu,
ia tak membiarkan kamu lengah sedikitpun, terkadang ia jarang memberikanmu
waktu untuk sekedar menghela napas. Jadi hirup udara untuk memuja.
Jatuh cinta itu tidak berasalan, tidak mengenal lelah, ia selalu menghidupkan
hari-harimu. Membawamu menjalani hari-harimu dengan semangat yang berapi-api.
Jatuh cinta itu mengenai genggaman, cinta itu menggenggam. Bukan tanganku
yang kamu genggam, akan tetapi hati yang tergenggam.
Jatuh cinta itu menitipkan hati, aku menitipkan hatiku di udara, agar
engkau bisa menghirupnya.
Jatuh cinta itu tidak bisa direncanakan, ia datang tiba-tiba, ia datang
kepada siapa saja, dengan siapa saja, seperti apapun kondisinya, ia
mengawasimu, ia tidak membiarkanmu lolos, sampai kamu sadar kamu sedang jatuh
cinta.
Jatuh cinta itu gelas, gelas. Kadang
kala, lebih baik merelakannya tetap pecah daripada menyakiti diri sendiri
dengan berusaha membuatnya utuh kembali.
No comments:
Post a Comment