Kita mulai postingan kali ini
dengan mengingat apa aja yang udah kita kerjakan seharian tadi. Apa aja
kejadian hari ini? Jadi gimana hari ini? Seru? Nyebelin? Nyenengin? Ketemu
cewek cantik atau cowok ganteng? Keserempet mobil? Dapet undian dari ale-ale? Mention
lo dibales @melodyJKT48 atau @veJKT48?
Kadang kita bisa ngerasa bahagia, bahagia banget. Dalam suatu waktu juga kita bisa ngerasa sedih, kesel, bahkan kadang kita ngerasa mau lari dari hidup. Iya, bener. Lari dari hidup. Entah gimana caranya, pada saat-saat tertentu kita pengen banget bisa lari dari hidup. Atau kadang kita pengen punya Doraemon. Bukan Dora poni yang suka ngomong sendiri.
Mau lari dari hidup, lari dari kenyataan, atau apapun namanya. Gue rasa adalah kondisi alamiah manusia, manusia pada umumnya ketika ngerasa hidupnya nggak sebahagia orang lain maka yang terpikir adalah bagaimana caranya lari dari hidup.
Hidup emang gini adanya, kita punya jalan masing-masing dalam hidup kita masing-masing. Kadang dunia terlihat nggak adil buat kita, kadang orang lain terlihat lebih bahagia daripada kita, kadang orang lain terlihat nggak pernah sedih. Dunia seakan selalu tertuju sama mereka. Hidup seakan selalu friendly sama mereka.
Kadang juga kita selalu berharap bisa jadi orang lain, atau kita terlahir sebagai orang lain, atau hidup kita kaya orang lain. Dengan gampangnya secara sadar maupun nggak sadar kita pasti pernah ngomong “coba gue jadi lo” ke orang lain.
Coba gue jadi lo, yang vga laptopnya 4 gb, ram 4 gb, hdd 1 tera.
Coba gue jadi lo, yang paket internetnya aktif terus selama se-windu.
Coba gue jadi lo, yang punya kucing persia. Se-kodi.
Coba gue jadi lo, yang jago main game poker di facebook.
Coba gue jadi lo, yang punya iphone 5. Se-kodi
Coba gue jadi lo, yang bbnya rame terus di bbmin cewek-cewek.
Dan……
Masih banyak coba gue jadi lo, coba gue jadi lo, yang lainnya.
Yang jadi permasalahan di postingan gue kali ini, apakah orang-orang yang kita lihat hidupnya lebih bahagia dari kita, emang bener-bener bahagia, atau? Atau jangan-jangan mereka justru mau hidup kaya kita, dengan kata lain, mereka nggak sebahagia yang kita lihat.
Gue pernah dalam suatu masa ngerasa hidup gue, apapun yang berhubungan dengan gue, jauh dari harapan. Jauh dari keinginan gue. Pernah gue ngerasa kenapa ya hidup gini banget, kenapa ya dunia nggak adil. Gue yakin lo juga pernah berada dalam satu titik kehidupan yang sama kaya gue waktu itu.
Sampai akhirnya gue mikir, percuma juga gue hidup, tapi gue hidup dengan penyesalan terhadap hidup gue sendiri. Percuma juga gue udah hidup tapi hidup gue cuma buat meratapi. Sekedar meratapi tanpa ada usaha atau aksi.
Hidup mahal. Akhirnya gue sadar itu, diluar sana banyak orang yang saat ini sedang berjuang atau berada dalam titik dimana ia bertaruh dengan hidup atau mati. Orang-orang di ruang ICU contohnya. Sementara gue, yang dikasih hidup sehat gini justru Cuma ngeluh, ngeluh, dan ngerasa dunia nggak adil.
Nikmatin aja. Oke poin kedua ini, gue coba buat bikin hidup gue senikmat mungkin, gue nikmatin semua prosesnya. Gue nikmatin pahit manis hidup gue dengan seksama. Gue jadiin pelajaran apa yang udah terjadi hari kemarin, gue nikmatin hari ini, dan gue nyiapin hidup buat masa yang akan datang.
Yakin, semua bakalan indah pada waktunya. Hal ini yang jadi keyakinan gue. Dalam keadaan apapun, ketika lo mau berusaha dan berjuang, maka gue yakin semua bakalan indah pada waktunya.
Hidup ada, kematian menanti. Gue rasa alasan Tuhan menciptakan kehidupan dan juga menciptakan kematian adalah supaya kita bisa menghargai hidup kita. Bagaimanapun caranya hidup buat gue adalah anugerah dari Tuhan.
Hidup nggak adil, iya hidup nggak adil buat lo yang nggak mau bersyukur sama hidup lo sendiri. Gue pernah ngalamin dan ngerasain hidup nggak adil. Nggak adil banget buat gue, karena gue-nya aja yang nggak bersyukur sama hidup gue sendiri.
Bahagia? Bahagia itu tergantung bagaimana cara kita memandang hidup kita sendiri. Bahagia itu caranya tinggal lo cinta dan menghargai hidup lo sendiri.
Ketika lo ngerasa hidup nggak adil buat lo, dunia nggak pernah adil buat lo, dunia nggak pernah menoleh kearah lo. Nikmatin. Nikmatin hidup lo apapun keadaannya, bagaimanapun kondisinya. Nikmatin proses demi proses dalam kehidupan lo. Sampai akhirnya apa yang menanti kita menyambangi kita dengan sendirinya. Sampai akhirnya kematian datang dengan sendirinya. Kalo kita menikmati proses demi proses dalam kehidupan kita, kita bakalan meninggal dalam keadaan sedang menikmati kehidupan kita.
So, kita nggak perlu lari dari kehidupan.
Kita nggak perlu lari dari kenyataan.
Kita nggak perlu lari.
Kadang kita bisa ngerasa bahagia, bahagia banget. Dalam suatu waktu juga kita bisa ngerasa sedih, kesel, bahkan kadang kita ngerasa mau lari dari hidup. Iya, bener. Lari dari hidup. Entah gimana caranya, pada saat-saat tertentu kita pengen banget bisa lari dari hidup. Atau kadang kita pengen punya Doraemon. Bukan Dora poni yang suka ngomong sendiri.
Mau lari dari hidup, lari dari kenyataan, atau apapun namanya. Gue rasa adalah kondisi alamiah manusia, manusia pada umumnya ketika ngerasa hidupnya nggak sebahagia orang lain maka yang terpikir adalah bagaimana caranya lari dari hidup.
Hidup emang gini adanya, kita punya jalan masing-masing dalam hidup kita masing-masing. Kadang dunia terlihat nggak adil buat kita, kadang orang lain terlihat lebih bahagia daripada kita, kadang orang lain terlihat nggak pernah sedih. Dunia seakan selalu tertuju sama mereka. Hidup seakan selalu friendly sama mereka.
Kadang juga kita selalu berharap bisa jadi orang lain, atau kita terlahir sebagai orang lain, atau hidup kita kaya orang lain. Dengan gampangnya secara sadar maupun nggak sadar kita pasti pernah ngomong “coba gue jadi lo” ke orang lain.
Coba gue jadi lo, yang vga laptopnya 4 gb, ram 4 gb, hdd 1 tera.
Coba gue jadi lo, yang paket internetnya aktif terus selama se-windu.
Coba gue jadi lo, yang punya kucing persia. Se-kodi.
Coba gue jadi lo, yang jago main game poker di facebook.
Coba gue jadi lo, yang punya iphone 5. Se-kodi
Coba gue jadi lo, yang bbnya rame terus di bbmin cewek-cewek.
Dan……
Masih banyak coba gue jadi lo, coba gue jadi lo, yang lainnya.
Yang jadi permasalahan di postingan gue kali ini, apakah orang-orang yang kita lihat hidupnya lebih bahagia dari kita, emang bener-bener bahagia, atau? Atau jangan-jangan mereka justru mau hidup kaya kita, dengan kata lain, mereka nggak sebahagia yang kita lihat.
Gue pernah dalam suatu masa ngerasa hidup gue, apapun yang berhubungan dengan gue, jauh dari harapan. Jauh dari keinginan gue. Pernah gue ngerasa kenapa ya hidup gini banget, kenapa ya dunia nggak adil. Gue yakin lo juga pernah berada dalam satu titik kehidupan yang sama kaya gue waktu itu.
Sampai akhirnya gue mikir, percuma juga gue hidup, tapi gue hidup dengan penyesalan terhadap hidup gue sendiri. Percuma juga gue udah hidup tapi hidup gue cuma buat meratapi. Sekedar meratapi tanpa ada usaha atau aksi.
Hidup mahal. Akhirnya gue sadar itu, diluar sana banyak orang yang saat ini sedang berjuang atau berada dalam titik dimana ia bertaruh dengan hidup atau mati. Orang-orang di ruang ICU contohnya. Sementara gue, yang dikasih hidup sehat gini justru Cuma ngeluh, ngeluh, dan ngerasa dunia nggak adil.
Nikmatin aja. Oke poin kedua ini, gue coba buat bikin hidup gue senikmat mungkin, gue nikmatin semua prosesnya. Gue nikmatin pahit manis hidup gue dengan seksama. Gue jadiin pelajaran apa yang udah terjadi hari kemarin, gue nikmatin hari ini, dan gue nyiapin hidup buat masa yang akan datang.
Yakin, semua bakalan indah pada waktunya. Hal ini yang jadi keyakinan gue. Dalam keadaan apapun, ketika lo mau berusaha dan berjuang, maka gue yakin semua bakalan indah pada waktunya.
Hidup ada, kematian menanti. Gue rasa alasan Tuhan menciptakan kehidupan dan juga menciptakan kematian adalah supaya kita bisa menghargai hidup kita. Bagaimanapun caranya hidup buat gue adalah anugerah dari Tuhan.
Hidup nggak adil, iya hidup nggak adil buat lo yang nggak mau bersyukur sama hidup lo sendiri. Gue pernah ngalamin dan ngerasain hidup nggak adil. Nggak adil banget buat gue, karena gue-nya aja yang nggak bersyukur sama hidup gue sendiri.
Bahagia? Bahagia itu tergantung bagaimana cara kita memandang hidup kita sendiri. Bahagia itu caranya tinggal lo cinta dan menghargai hidup lo sendiri.
Ketika lo ngerasa hidup nggak adil buat lo, dunia nggak pernah adil buat lo, dunia nggak pernah menoleh kearah lo. Nikmatin. Nikmatin hidup lo apapun keadaannya, bagaimanapun kondisinya. Nikmatin proses demi proses dalam kehidupan lo. Sampai akhirnya apa yang menanti kita menyambangi kita dengan sendirinya. Sampai akhirnya kematian datang dengan sendirinya. Kalo kita menikmati proses demi proses dalam kehidupan kita, kita bakalan meninggal dalam keadaan sedang menikmati kehidupan kita.
So, kita nggak perlu lari dari kehidupan.
Kita nggak perlu lari dari kenyataan.
Kita nggak perlu lari.
No comments:
Post a Comment