Wednesday, 27 November 2013

Udara ini tidak lagi ramah.


Udara ini bukan semacam udara yang selama ini aku hirup, udara ini tidak selayaknya aku hirup. Udara ini terasa menyesakkan. Pantaskah ia disebut udara apabila ia menyesakkan? Pantaskah ia aku hirup apabila ia hanya membuat dada sesak, keringat mengalir dengan derasnya, pikiran melayang. Entah kemana.

Udara ini tidak seperti yang aku kenal, udara ini tidak seramah yang kau berikan padaku pada permulaan, udara ini, bukan udara yang menghidupkan hari-hariku sebelum hari ini. Udara ini memilukan, udara ini penuh keluh, padat resah. Udara ini sudah tidak layak, udara ini sudah tidak semestinya.

Udara ini melelahkan bukan memberi kesegaran, udara ini justru menggerogoti paru-paruku, merusak jaringan akal sehatku, menguliti keberanianku, menghabisi nyaliku, dan tidak menyisakan sedikitpun semangat untuk aku hidupi dan hidup didalamnya.

Udara ini tidak memberikanku ruang untuk sejenak menghela, ia terus-menerus menerus mendekatiku, membuatku tak bisa berkelit. Udara ini membuatku terpikat dengan berjuta alasan agar aku tetap bertahan.

Udara ini semakin erat menggenggamku, tak memberikanku kesempatan untuk mengajukan banding, bahkan udara ini tidak memberikanku kesempatan mempersiapkan paru-paruku agar terbiasa dengan udara yang sesak.

Udara ini membosankan, udara ini menjemukan, udara ini bahkan sama sekali tidak memihakku. Udara ini membuatku lelah, udara ini melemahkanku, udara ini melumpuhkanku, udara ini membuatku membatu, udara ini membuatku terdiam, udara ini menambahkan huruf ‘A’ pada penderitaan dan rasa sakit.

Udara ini tidak lagi ramah.

No comments:

Post a Comment