Udara ini
bukan semacam udara yang selama ini aku hirup, udara ini tidak selayaknya aku
hirup. Udara ini terasa menyesakkan. Pantaskah ia disebut udara apabila ia
menyesakkan? Pantaskah ia aku hirup apabila ia hanya membuat dada sesak,
keringat mengalir dengan derasnya, pikiran melayang. Entah kemana.
Udara ini
tidak seperti yang aku kenal, udara ini tidak seramah yang kau berikan padaku
pada permulaan, udara ini, bukan udara yang menghidupkan hari-hariku sebelum
hari ini. Udara ini memilukan, udara ini penuh keluh, padat resah. Udara ini
sudah tidak layak, udara ini sudah tidak semestinya.
Udara ini
melelahkan bukan memberi kesegaran, udara ini justru menggerogoti paru-paruku,
merusak jaringan akal sehatku, menguliti keberanianku, menghabisi nyaliku, dan
tidak menyisakan sedikitpun semangat untuk aku hidupi dan hidup didalamnya.
Udara ini
tidak memberikanku ruang untuk sejenak menghela, ia terus-menerus menerus
mendekatiku, membuatku tak bisa berkelit. Udara ini membuatku terpikat dengan
berjuta alasan agar aku tetap bertahan.
Udara ini
semakin erat menggenggamku, tak memberikanku kesempatan untuk mengajukan
banding, bahkan udara ini tidak memberikanku kesempatan mempersiapkan
paru-paruku agar terbiasa dengan udara yang sesak.
Udara ini
membosankan, udara ini menjemukan, udara ini bahkan sama sekali tidak
memihakku. Udara ini membuatku lelah, udara ini melemahkanku, udara ini
melumpuhkanku, udara ini membuatku membatu, udara ini membuatku terdiam, udara
ini menambahkan huruf ‘A’ pada penderitaan dan rasa sakit.
Udara ini tidak lagi ramah.
No comments:
Post a Comment