Monday, 6 January 2014

Selamat datang di pemukiman boneka.

"Aku suka boneka ini kak! Bagaimanapun aku harus membawanya pulang" teriak adikku kegirangan saat kami menemukan sebuah boneka di taman bermain yang sudah tidak berfungsi lagi. Di tempat tinggal kami memang ada sebuah taman, maksudku bekas taman bermain yang sudah tidak terpakai lagi. Entah apa alasannya, taman tersebut tidak digunakan lagi.

Oh iya, aku Karen, umurku 12 tahun dan adikku yang masih berumur 7 tahun bernama Lily. Kami, maksudku keluarga kami baru hampir seminggu pindah ke daerah sini, daerah pemukiman yang cukup sejuk di pinggiran kota. Sejuk dan menyebalkan. Setidaknya demikian setelah mengetahui bahwa Ayah harus pindah tugas kerja dan memaksa keluarga kami tinggal di daerah aneh ini. Gimana tidak aneh, bagaimana mungkin ada taman seluas ini dibiarkan tidak berfungsi. Aku sudah bilang pada Ayah bahwa pindah kesini adalah sebuah kesalahan, tapi  Ayah tidak pernah menghiraukanku. Menyebalkannya lagi adalah bahwa tidak ada anak-anak seusiaku, tidak seperti di rumah lama kami, ada Mick, Rose, Jessie dan teman-teman lainnya yang tiap sore bermain denganku dan adikku. Terasa berat meninggalkan mereka semua. Tapi mereka berjanji akan mengunjungiku saat liburan musim panas nanti. Ya semoga saja itu benar.

"Ayo Lily kita pulang, sudah sore, jika Ayah dan Ibu tau kita belum dirumah, mereka pasti akan marah!" kataku pada adikku.
"Iya Karen, tapi bagaimanapun aku harus membawa boneka ini" Lily memaksa.
Hmmm, boneka yang ditemukan Lily sebenarnya sangatlah aneh, ekspresinya sangat meneror. Boneka itu berbentuk boneka anak perempuan sebesar Lily dengan rambut dikuncir dengan senyum sinis. Entahlah. Mungkin hanya aku yang melihat kengerian pada boneka itu, sementara adikku asik memainkannya.
"Oke-oke, bawa saja terserahmu saja Lily. Sekarang ayo cepat kita pulang!"
"Yeaaah, ayo kita pulang" Lily kegirangan.

Sepanjang perjalanan pulang, Lily terus bermain dengan boneka aneh itu. Sesekali ia mengajak boneka itu berbicara. Aku mengangapnya biasa, sebab aku pun yang sudah berumur 12 tahun masih sering berbicara dengan boneka kesayanganku, terutama saat aku sedih. Seperti saat minggu lalu, saat aku dan keluargaku pindah ke tempat ini. Malam sebelum kami pindah, aku mengajak boneka teddy bear ku bicara, aku mengungkapkan kekesalanku, dan kesedihanku berpisah dengan Mick, Rose, dan Jessie, kepada boneka ku.

Jarak rumahku dengan taman tersebut tidaklah terlalu jauh, sekitar 10 menit dengan berjalan kaki, itu perkiraanku. Hari mulai gelap, aku dan Lily hampir sampai di rumah. Rumah baru keluarga kami yang belum rapi, barang-barang dan perabotan masih cukup berantakan di sana-sini. Ibu bilang, mungkin butuh seminggu untuk membuatnya rapi, nyatanya sudah hampir seminggu tapi rumah kami belum rapi. Sampai di rumah ternyata Ayah sedang membereskan perkakasnya, ia sedang menyiapkan bakal ruang kerjanya. Sementara Ibu sedang memasak makan malam untuk kami.

"Bagaimana sore ini Karen? Lily? Sudah kenalan dengan teman-teman baru kalian?" tanya ibu sambil menyiapkan makan malam.
Aku menggeleng, sementara Lily adikku tetap memeluk erat boneka yang kami temukan di taman sore tadi.
"Bu, kau harus melihat ini, aku dan Karen menemukannya sore tadi di taman" ujar Lily sambil memamerkan boneka itu ke Ibu.
"Wow, ini cukup bagus" ucap Ibu sambil menggendong boneka yang ditemukan Lily. "Tapi kau tidak seharusnya mengambil boneka ini Lily, siapa tau boneka ini milik anak seusiamu" tambahnya.
"Tapi bu..."
"Tapi apa Lily?"
"Tapi bu, mana mungkin, aku menemukan boneka ini di taman, di sela-sela jungkat-jungkit bu" Lily mencoba membela diri.
"Ya mungkin saja boneka ini terjatuh saat anak seusiamu bermain di taman tersebut"
"Tapi kan bu, taman itu sudah tidak berfungsi. Lagipula sore tadi aku dan Karen tidak melihat siapapun di taman itu" Lily masih tetap membela dirinya.
"Oke, saatnya makan malam, letakkan dulu bonekamu Lily. Karen, panggil Ayahmu, katakan makan malam sudah waktunya"

Dengan langkah berat aku menuju ruang kerja Ayah yang baru di lantai 2, sesampainya disana aku melihat Ayah sedang asyik mengutak-atik komputernya.
"Yah, ayo kita makan malam, Ibu sudah menyiapkan makan malam"
"Oke, Karen, kau turun saja dulu, nanti Ayah menyusul" jawab ayah tanpa menoleh kearahku.
Langsung saja aku bergegas dari ruang kerja Ayahku untuk menuju meja makan, dan tidak lama kemudian Ayah juga bergegas ke meja makan.
"Yah, lihat apa yang aku temukan" ucap Lily sambil lagi-lagi memamerkan bonekanya, kali ini ke Ayah.
"Oh, dimana kau menemukan boneka itu?" tanya Ayah.
"Dia menemukan boneka ini di taman, di sela-sela jungkat-jungkit Yah" jawabku. Lily pun mengangguk.
"Aku sudah mengatakan bahwa ia tak seharusnya membawa boneka ini pulang" ibu ikut bicara.
"Ya sudah, ya sudah. Kita habiskan makanan kita dulu, lalu kita istirahat. Aku lelah sekali hari ini" Ayah sepertinya tidak mau ambil pusing terhadap boneka yang ditemukan Lily.

Sehabis makan malam, aku dan Lily bergegas menuju ke kamar kami, sementara Ibu dan Ayah masih berbincang-bincang di ruang tamu. Entah apa yang mereka bicarakan. Aku dan Lily tidur sekamar, ranjang kami bersebelahan. Tidak seperti di rumah kami yang dulu, kamar kami terpisah di rumah kami yang dulu. Sampai di kamar, aku langsung merebahkan diri, sementara Lily bermain dengan bonekanya di ranjangnya. Dia mengajak boneka itu berdialog. Tidak beberapa lama kemudian aku pun tertidur.

"Hei! Aku, kami, sama seperti kalian! Setidaknya sebelum semua ini terjadi!"
"Hei! Aku, kami, sama seperti kalian! Setidaknya sebelum semua ini terjadi!"
"Hei! Aku, kami, sama seperti kalian! Setidaknya sebelum semua ini terjadi!"

Aku terbangun mendengar suara tersebut, kulihat jam tanganku menunjukkan tepat pukul 12 malam. Lalu kulihat ke arah ranjang Lily, boneka yang ditemukan Lily hidup! Iya boneka itu hidup! Aku bergidik ngeri saat boneka itu menatapku dan berkata: "Hei! Aku, kami, sama seperti kalian! Setidaknya sebelum semua ini terjadi!"
Sementara kulihat Lily ketakutan sambil memangku boneka tersebut, ia menangis lirih, suaranya seakan tidak keluar.

"Apa maksudmu?" tanyaku.
"Hei! Aku, kami, sama seperti kalian! Setidaknya sebelum semua ini terjadi! Kami juga manusia, kami, kami semua disini dahulu adalah manusia. Sebelum penyihir brengsek itu datang dan mengubah kami jadi seperti ini" boneka itu berbicara.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud"
"Oke, aku akan menceritakan apa yang terjadi pada kami, pada penduduk pemukiman ini" boneka itu tiba-tiba beranjak dari pangkuan Lily dan menuju ke arahku. Aku mencoba menghindar dengan berlari ke arah ranjang Lily. Lalu boneka itu duduk di ranjangku, sementara aku di ranjang Lily, sambil memeluk Lily yang ketakutan.

"Namaku Josephira. Kalian bisa panggil aku Jos, aku dulu manusia, sama seperti kalian. Sama seperti keluarga kalian. Tadinya pemukiman ini adalah pemukiman yang damai dan nyaman, kami semua hidup bahagia disini. Hidup sebagaimana manusia pada umumnya, ya karena kami memang manusia. Lalu..."

"Lalu apa, Jos?" tanyaku.
"Lalu ada seorang penyihir biadab yang merubah pemukiman ini menjadi pemukiman boneka, dengan ilmu sihir yang ia miliki, ia merubah kami semua menjadi boneka. Ia merubah pemukiman ini menjadi pemukiman boneka!"

"Untuk apa ia lakukan itu Jos??" kali ini Lily yang mengajukan pertanyaan pada boneka hidup tersebut.
 "Aku juga tidak tau untuk apa penyihir tersebut melakukan hal ini kepada aku, kepada aku dan kami. Dan aku, aku juga kami tidak seharusnya menjadi seperti ini"
"A...A Apa yang bisa aku bantu? Apa yang bisa aku dan Lily bantu Jos? tanyaku.
"Sudah telat! Kalian dan keluarga kalian harus menjadi bagian dari kami hihihi" Jos tiba-tiba kegirangan.

"Kami tidak mau, lepaskan aku, lepaskan aku dan Lily, biarkan keluarga kami pergi dari pemukiman ini Jos!" pintaku mengiba.
"Coba saja kalian keluar rumah, kalian akan menemukan banyak sekali boneka-boneka hidup, ya...kami memang hidup dan beraktifitas saat tengah malam sampai pagi menjelang. Lalu ketika sudah pagi, kami akan berubah menjadi boneka. Rumah-rumah disini adalah rumah keluarga boneka, kami hanya hidup malam hari. Aku pun demikian, Lily, aku bermain ke taman itu, sampai lupa waktu dan tidak sadar bahwa pagi sudah tiba dan akhirnya aku menjadi boneka, akhirnya kau membawaku ke rumah ini hhhhhh" 

"Kami mohon biarkan kami pergi, biarkan keluarga kami pergi dari sini" aku menangis, Lily pun menangis.
"Maafkan aku, aku tidak bisa, sudah pasti cepat atau lambat, manusia yang tinggal di pemukiman ini akan menjadi boneka hidup. Tidak sampai seminggu, manusia tersebut akan menjadi bagian dari kami. Jadi nikmati saja, kita akan menjadi penghuni pemukiman ini. Selamanya" bisik boneka itu lirih.

Setelah boneka itu berkata demikian, kutoleh ke arah Lily, aku terkejut melihat adikku menjadi kaku. Badannya berubah menjadi boneka, sedikit demi sedikit Lily menjadi boneka. Aku memekik. Lalu selanjutnya kutengok ke arah Josephira, ia sudah kembali menjadi boneka.

Lalu, diriku, aku merasakan kaku di sekujur tubuhku, aku merasakan kaku yang sangat menyiksa. Tubuhku tidak bisa bergerak, mulai dari kaki, lalu perlahan ke atas. Dan pada akhirnya seluruh tubuhku menjadi boneka. Sama seperti Lily adikku, dan juga Josephira. Bersama dengan itu, pagi tiba. Dan aku, Lily, Ayahku, Ibuku, menjadi bagian dari pemukiman ini. Kami menjadi boneka.

Sudah ku bilang, pindah kesini adalah sebuah kesalahan, tapi Ayah tidak pernah menghiraukanku. Dan ternyata ketakutanku terbukti. Sekarang.

No comments:

Post a Comment