Friday, 20 June 2014

Legenda yang lelah.

Bayangan menaiki bis banter sudah semakin jelas dipikiran saya, menaiki la samba untuk kedua kalinya akan segera terwujud. Sebelumnya saya sudah pernah menaiki la samba pada tanggal 25 Desember 2013, akan tetapi pawang HR 106 "La Samba" pada saat itu sedang turun dan digantikan oleh driver lain.

Selasa 17 Juni 2014
pukul 10.30 saya diajak Kirom untuk sarapan di tempat makan bernama 'Olive' yang menyajikan fried chicken ala-ala KFC. Bedanya adalah harga di Olive sesuai dengan kantong anak kost. Untuk urusan rasa, jangan khawatir, Fried Chicken Olive memiliki rasa yang tidak kalah dibandingkan KFC ori. Di Olive ini, berhubung dekat dengan kampus seni, maka banyak pemandangan segar apalagi kalau sedang 'jam panas' ketika mahasiswi-mahasiswi keluar kampus untuk makan. Maka akan banyak pemandangan yang bakalan membuat kita gemas!
6000 saja.
















Selesai makan, lalu kembali ke kosan Kirom untuk membereskan pakaian dan juga mandi. Jam 2 kurang, saya diantar oleh Kirom ke terminal Tirtonadi untuk lapor dahulu ke Mas Eko. Setelah lapor ke Mas Eko maka resmilah saya jadi penghuni seat HR 106 nomer 1B.
Tiket Po. Haryanto
















Tidak lama kemudian kirom berpamitan karena ada urusan di kampusnya, maklum menjelang sidang. Setelah mengucapkan terima kasih pada Kirom, ia pun meninggalkan Terminal Tirtonadi. Lalu saya menunggu di bangku ruang tunggu. Saya sempat melihat pria seumuran saya yang juga membawa tiket Haryanto.

Mas Eko menghampiri saya yang sedang menunggu bis yang akan melangsir saya ke Kartosuro, lalu kami pun berbincang sejenak karena tidak lama kemudian HR 107 'Ningrat' masuk ke terminal. Setelah mengucapkan terimakasih kepada Mas Eko, saya pun bergegas menaiki bis jatah Matesih ini. Ternyata bis sudah penuh dan mau tidak mau saya berdiri di dekat toilet bis sembari mengobrol dengan kru HR 107 ini, ternyata penumpang yang saya lihat membawa tiket Haryanto ketika di Tirtonadi ikut naik bis 107 ini dan saya pun memastikan bahwa ia adalah penumpang juga.

"Wah kita nggak dapet tempat duduk ini?" ujar pria Tersebut. Saya segera yakin bahwa ia baru pertama kali naik PO. Haryanto sehingga ia tidak tau sistem langsir yang diberlakukan dari Tirtonadi ke Kartosuro. Langsung saja saya jawab bahwa nantinya kita akan pindah bis di Kartosuro. Sekitar jam 3 sore, saya sampai di Kartosuro dan sangat senang ketika melihat HR 106 sedang terparkir di rerumputan Kartosuro. Tiba-tiba laki-laki yang tadi bersama saya, menanyakan harus naik bis yang mana. Lalu ketika saya cek tiketnya tertera nomer 41 yang menandakan bahwa ia harus naik HR 41 dan tidak satu bis dengan saya. Setelah meletakkan tas di HR 41, ia menghampiri saya dan kami pun mengobrol. Saya yang sebenarnya ingin bergegas ke HR 106 untuk kedar berbincang dengan Mas Yoyok atau Mas Kris jadi mengurungkan niat. 

Saya menanyakan namanya, ternyata namanya Ahmad, ia mahasiswa baru UNS jurusan Teknik Kimia yang habis daftar ulang. Ia juga senang travelling, backpacker-an. Saya sehobi dengan dia, oleh sebab itu obrolan kami menjadi mengasyikkan, sembari mengobrol saya melihat ke arah 106 terparkir dan ada Mas Yoyok dan juga Mas Kris sedang bersantai di bagasi. Anehnya kenapa mereka tidak siap-siap?

Sempat juga melihat HR 01 berputar-putar di dalam Kartosuro, entah untuk memanaskan mesin atau untuk mengetest setingan mesin, atau apalah. Pukul 16.00 HR 107 berangkat duluan. Saya juga melihat HR 95 sedang trouble dan sudah bisa dipastikan perpal.

Perpal?

Perasaan mulai tidak enak, akan tetapi saya tetap mengobrol sembari menunggu keberangkatan. Pada sore itu, HR 41 yang Ahmad tumpangi juga dalam persiapan menjelang berangkat, mulai dari pengecekan lampu dan juga audio serta mesin.

Pukul 16.30 seorang bapak-bapak menghampiriku dan bertanya sambil tersebyum ramah "Mas, naik bis nomer berapa?" "HR 106 pak," Jawab saya dengan mantap. "Oh kayae montore perpal deh mas, rusak, coba tanya ke kantor"

Sunyi...

Senyap...

Basingan...

Tanpa menghiraukan Ahmad dan juga bapak-bapak tadi, saya lalu bergegas menuju kantor di Kartosuro dan menanyakan kebenaran kabar tersebut dan ternyata hal tersebut diamini oleh petugas ticketing disana.

"Mas maaf ya mobile 106 perpal, diganti ke 01" ujar petugas ticketing.
"Oh iya pak? Nomer seat sama?" Tanya saya dengan perasaan remuk redam.
"Seatnya sama mas, monggo naik bisnya udah mau jalan"
Tiketnya berubah...
















HR 106 perpal, padahal udah dapet hotseatnya, mobilnya juga di depan mata...

Sakitnya tuh disini...











Yaudahlah ya? Harapan kadang emang nggak sesuai dengan kenyataan. Saya berpamitan dengan Ahmad, teman baru saya dan saya pun bergegas untuk menuju HR 01, sebelum masuk saya sempat mengambil foto HR 01. Dulu julukannya "Bunga Teratay" sekarang menjadi "Fighter" dan di kaca belakang "Remain Faithful".
HR 01.
















Saya baru sadar bahwa ini adalah bis langsiran atau bis cadangan, sebab di dalam bis tidak ada selimutnya. Dan legrest saya pun rusak tidak bisa diturunkan. Tv pun tidak bisa menyala. Sebelum berangkat, bis berputar-putar dahulu untuk mengetes keadaan, dan ternyata pintu bis ini bisa terbuka dengan sendirinya. Pess apesss.

Pukul 16.50 bis meninggalkan terminal Kartosuro dan langsung diarahkan menuju arah Semarang. 1526 ini sudah sangat tidak bertenaga. Kelistrikan HR 01 pun agak bermasalah. Ketika sampai di Boyolali, di jalan yang banyak tanjakan, bis tidak berdaya, bahkan harus berhenti dan driver pun menarik rem tangan, dan lalu dilepas kembali rem tangannya, baru bis bisa menanjak.

Tiba-tiba ibuk saya sms menanyakan sebuah pertanyaan yang mengusik batin. Kira-kira begini pertanyaan beliau: "piye le? bisnya nyaman kan le?" Mendapat pertanyaan seperti itu, batin ini menangis, hati bergejolak karena sambari membaca sms tersebut, bis yang saya tumpangi sedang jadi bulan-bulanan bis lain.

Oke..

Karena tidak membuat keluarga dan teman, dan orang di sekitar jadi khawatir. Kau ku paksakan tersenyum dan membuat bohong sedikit.













Akhirnya sms beliau saya balas dengan kata singkat "Nyaman bu, ini bisnya udah jalan kok"

Pukul 17.53 bis memasuki Terminal Salatiga dan mengambil beberapa penumpang. Bis kembali tidak berdaya ketika menghadapi jalanan menanjak. Pukul 20.00 lepas krapyak diseset dari kanan oleh Rosin 369, HR 01 berusaha mengejar tapi alih-alih berusaha mengejar, bis yang saya naiki justru kembali di overtake Rosin 436, dan juga Nusantara 1525 livery black pearl.

Akan tetapi HR 01 ini seperti berontak dan ingin menunjukkan bahwa di masa lalu ia adalah salah satu bis banter yang mengarungi pantura. Rosalia Indah 436 dan Nusantara HS 210 di overtake gantian oleh HR 01 dari kiri. Perlahan, saya mulai menikmati keadaan dan juga kedinginan sebab tidak ada selimut di bis ini.

Semua tidak berlangsung lama. HS 210 ternyata masih membayangi HR 01 dari belakang, ada sela sedikit dan langsung lah Nusantara tersebut kembali menunjukkan bahwa 1525 juga bisa berbicara banyak menghadapi 1526. Nusantara meninggalkan bis yang saya naiki, lalu di depan ada Putra Remaja, dengan mudah HR 01 ini meng-overtake Putra Remaja tersebut. Masih dalam rangka mengejar HS 210, niat tinggalah niat, dari belakang justru disurung oleh Rosin 436 dengan livery firefox ini. Tidak lama kemudian Rosin meng-overtake HR 01 kembali dan segera bergegas meninggalkan HR 01.

Menjelang nyolar, HR 01 kembali di overtake oleh New Shantika merah yang dulu jatah poris dengan title "Mr Jackie". Di SPBU yang kabarnya sudah dibeli oleh Pak Haji Haryanto ini, 01 mengisi solar bareng HR 112 dan juga "Miracle", tidak lama kemudian datang HR 41 yang dinaiki Ahmad. Padahal 41 ketika 01 berangkat, masih berbenah di Kartosuro.

21.16 lepas Kendal dan berhasil meng-overtake Putra Remaja dan juga Bandung Express, akan tetapi, tidak lama kemudian HR 01 kembali di blong oleh HS 214. Hehe... He...He...

21.20 masuk RM Menara Kudus dan saya langsung bergegas menukarkan kupon makan. Enaknya di RM ini adalah banyaknya menu makanan yang bisa kita pilih, mulai dari nasi rames, nasi goreng, dan juga nasi soto. Saya memutuskan untuk menukarkan kupon makan dengan nasi putih dan juga beberapa lauk.
Servis makan Po. Haryanto di RM. Menara Kudus.
















Orang laper.....

Makannya banyak.....

Saat sedang makan, saya kembali bertemu dengan Ahmad dan ia menukarkan kupon makannya dengan soto ayam, lalu kami pun mengobrol. Akan tetapi berhubung jam mepet, servis makan kali itu tidak lama, hanya sekitar 20-an menit.

Pukul 21.40 bis bergegas meninggalkan RM. Menara Kudus dan melanjutkan kembali perjalanan menuju Jakarta. Disinilah ujian sebenarnya. Tanjakan Plelen. Bis kembali tidak berdaya.. Gajah Mungkur (Fajar Big Top 1526) meng-overtake HR 01 di tanjakan, lalu Handoyo juga ikut jejak Gajah Mungkur. Di tanjakan Plelen ini, Harapan Jaya "Love Story" juga ikut bagian membully bis yang saya naiki ini.

Tidur..

23.02 memasuki Pekalongan dan 01 di overtake bergantian oleh pasukan hitam Bejeu, disini terjadi pertarungan sengir karena 01 bisa memberikan perlawanan dikarenakan trek yang lurus dan tidak menanjak.

Rabu, 18 Juni 2014 
Pukul 02.30 HR 01 memasuki tol Pejagan, tidak seperti HR kebanyakan yang selalu menyentuh top speed di tol ini, HR 01 berjalan cukup santai di tol ini. Alhasil, New Shantika biru berhasil mengovertake HR 01 ini.

05.07 Patokbeusi, Subang. Kembali berjalan beriringan dengan beberapa Bejeu yang menawan, akan tetapi 01 lagi-lagi bisa meng-overtake Bejeu tersebut.

05.39 bis memasuki tol Jakarta - Cikampek dan sebelumnya 01 berhasil meng-overtake New Shantika RN-285 SE 2-1. Lepas GT Cikampek arah jakarta, bis kembali berjalan normal dan kali ini Gajah Mungkur SE (kuler) berhasil meng-overtake HR 01 dan dengan sigap meninggalkan kami. Bis telat masuk tol Cikampek dan bisa dipastikan terjebak kemacetan rutin di ruas tol menuju tol dalam kota. Dan benar saja, menjelang Bekasi Timur, bis sudah dihadang kemacetan.
Kemacetan jalan tol.
















Bis masuk Term Rawamangun untuk menurunkan beberapa penumpang dan melanjutkan perjalanannya. Destinasi berikutnya adalah Pinang Ranti. Pukul 08.08 bis memasuki Term Pinang Ranti dan sebagian besar penumpang turun disini. 

Pukul 08.29 bis sampai di Kp. Rambutan akan tetapi bis tidak masuk terminal karena ingin melanjutkan perjalanan ke Lb. Bulus. Setelah mengucapkan terimakasih kepada driver dan kru, saya memutuskan turun di Kp. Rambutan dan melanjutkan perjalanan ke Bekasi menggunakan Mayasari.

Dalam setiap perjalanan, selalu ada pengalaman dan pelajaran yang bisa di ambil. Terimakasih HR 01 yang sudah mengajarkan saya dan memberi tahu bahwa terkadang kenyataan tidak seperti harapan. Legenda yang lelah akan terus berlari dan mengarungi jalanan untuk satu tujuan yaitu mengantarkan penumpang selamat sampai tujuan.
HR 01
















FYI
- Paket nasi, ayam, es teh di olive: Rp 6000
- Tiket Po. Haryanto Solo-Prapanca: Rp 150.000

2 comments:

  1. sungguh pengalaman yg menarik :v

    ReplyDelete
  2. Awal mau mencoba dari term. Tirto ke jkt dgn punggawa masteng ini. Setelah baca n kupikir2 sepertinya harus kualihkan sementara dgn kuda lainnya.. mungkin ka ros atau ya paling ka ros yang bisa bicara di tanah jawa melawan bus2 muriaan

    ReplyDelete